ADIKKU SUAMI KEDUAKU
Cerita Sex ini berjudul ”ADIKKU SUAMI KEDUAKU” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Duniasex99 – Ririn, 21 tahun, adalah mahasiswi dari salah satu Perguruan Tinggi cukup ternama di Bandung. Sangat cantik, kulit putih, tinggi badan sekitar 165 cm mungkin lebih, buah dada tidak terlalu besar tapi terlihat kenyal dan menantang dibalik kaos atau kemeja ketat yang suka dia pakai. Di kampus, Ririn berpacaran dengan seniornya, Fajar, 25 tahun.
“Ririn, aku pengen nih?” kata Fajar berbisik kepada telinga Ririn suatu saat di kantin kampus.
“Dasar.. Kamu kan sudah aku kasih semalam,” ujar Ririn sambil mencubit tangan Fajar.
“Tapi sekarang aku horny, nih…” ujar Fajar sambil mengusap selangkangannya.
“Ini kan masih di kampus.. Emangnya mau main di kantin sini?” tanya Ririn sambil menatap Fajar.
“Kita ke aula, yuk!” ajak Fajar sambil tersenyum.
“Kita tidak usah main, isepin saja punya aku, ya…” pinta Fajar.
Ririn tersenyum sambil bangkit. Setelah membayar jajanannya, mereka bergegas menuju aula yang memang selalu sepi kalau hari biasa. Mereka tidak langsung masuk, tapi sebentar melihat dulu situasi yang ada. Setelah dinilai aman, mereka segera masuk. Lalu mereka langsung menuju balik panggung podium. Fajar menarik tangan Ririn agar mendekat. Lalu sambil mengecup bibir Ririn, Fajar membuka sabuk dan resleting celananya. Setelah itu diperosotkan celananya sampai lutut.
“Ayo dong, sayang.. cepat isep,” pinta Fajar tak sabar.
Terlihat celana dalam bagian depannya sudah menggembung. Ririn tersenyum lalu berjongkok.
“Tidak sabaran amat sih,” ujar Ririn sambil mengelus celana dalam Fajar yang menggembung.
Sejurus kemudian diperosotkan celana dalam Fajar sampai lutut. Kontol Fajar yang sudah tegang dan tegak lalu dikocoknya perlahan sambil sesekali ujung lidah Ririn menjilat lubang kontol Fajar.
“Uhh…” Fajar mendesah sambil menatap wajah Ririn.
Tak lama mulut Ririn sudah penuh mengulum kontol Fajar yang besar. Jilatan dan hisapan serta kocokan tangan Ririn membuat Fajar terpejam dan memompa pelan kontolnya di mulut Ririn.
“Ohh.. Terus sayangg.. Ohh…” desah Fajar.
Selang beberapa menit, tubuh Fajar mengejang. Didesakannya kepala Ririn ke selangkangannya. Kontolnya agak ditekan dalam-dalam ke mulut Ririn. Lalu.. Crott! Crott! Crott! Air mani Fajar keluar di dalam mulut Ririn. Ririn dengan mendongak menatap Fajar sambil menelan semua air mani Fajar di mulutnya. Sambil tersenyum Ririn bangkit berdiri lalu memeluk dan melumat bibir Fajar. Fajarpun dengan hangat membalasnya..
“Sudah puas?” tanya Ririn sambil merapikan pakaian Fajar.
Fajar tersenyum lalu mengecup bibir Ririn. Merekapun keluar aula.. Suatu hari selesai jam kuliah, Fajar mengantar Ririn pulang. Setiba di rumah, adik kandung Ririn, Bagas, sedang menonton televisi.
“Kamu tidak sekolah, Gas?” tanya Ririn sambil duduk di depan adiknya itu.
“Males ah.. Aku bolos hari ini?” kata Bagas santai sambil tiduran di kursi dan menaikkan satu kakinya ke sandaran kursi.
“Gila kamu!” hardik Ririn. Bagas tetap diam tak memberikan reaksi sambil terus menonton televisi. “Rin, aku pulang dulu ya?” kata Fajar. “Aku harus ketemu teman nih.. Sudah janji,” kata Fajar sambil bangkit lalu menghampiri Ririn.
“Iya deh.. Jangan nakal ya?” kata Ririn.
“Iya…” kata Fajar sambil mengecup pipi Ririn.
“Aku pulang dulu ya, Gas…” kata Fajar.
“O, iya…” kata Bagas sambil tersenyum sementara kakinya tetap naik di sandaran kursi.
Fajarpun segera pulang.
“Mama kemana sih,” tanya Ririn.
“Tadi sih bilangnya mau ke Mall beli sesuatu,” kata Bagas.
Mereka terdiam sambil menonton acara di televisi. Tiba-tiba mata Ririn menoleh ke Bagas ketika adiknya itu menggaruk pahanya karena gatal. Dan dengan santai, Bagas menggaruk pahanya terus sampai ke pangkal paha. Celana pendeknya ikut naik seiring garukan tangan. Ririn sebetulnya merasa biasa saja melihat hal itu. Tapi ketika tangan Bagas agak lama menggaruk selangkangannya, mata Ririn melihat sebagian celana dalam Bagas menyembul. Terutama bagian depan celananya yang jadi perhatian Ririn.
Entah perasaan apa yang datang dalam hati Ririn, yang jelas mata Ririn terus tertuju ke arah selangkangan Bagas walau Bagas sendiri sudah selesai menggaruk dan merapikan celana pendeknya.
“Kenapa sih kamu melototin celana aku?” tanya Bagas mengagetkan Ririn.
“Eh.. Ihh! Aku tidak lihat apa-apa kok,” kata Ririn sambil memalingkan wajahnya dan pura-pura menonton televisi lagi.
“Kamu tuh horny ya lihat aku garuk selangkangan?” kata Bagas sambil tertawa.
“Yee..!!” teriak Ririn lalu tertawa sambil melempar Bagas dengan bantal. Bagas juga tertawa.
“Eh, kamu sudah pernah begini tidak dengan si Fajar?” tanya Bagas sambil menyelipkan jempol tangannya diantara telunjuk dan jari tengah.
“Kamu nanya apaan sih? Tau ah!” kata Ririn sambil melotot.
“Aku kan cuma nanya…” kata Bagas tenang.
Ririn bangkit lalu menghampiri Bagas. Diambilnya bantal lalu dipukulkannya ke wajah Bagas.
“Nakal kamu ya!” kata Ririn sambil tertawa dan terus memukulkan bantal.
Bagaspun tertawa sambil mencoba merebut bantal. Ketika sudah terebut, ditariknya bantal tersebut sampai Ririn ikut terjatuh menimpa badan Bagas di kursi. Sesaat Tubuh Ririn berada di atas tubuh Bagas. Entah kenapa perasaan Ririn yang tadi datang tiba-tiba datang lagi ketika tubuhnya berada di atas tubuh Bagas. Apalagi ketika wajah mereka sangat berdekatan hampir bersentuhan. Mereka saling bertatapan sambil diam. Entah gairah seperti apa yang menuntun bibir Ririn mengecup dan melumat bibir Bagas. Bagaspun dengan hangat membalas ciuman kakaknya itu. Tangan Bagas dengan lembut mengusap punggung Ririn lalu turun dan mulai meremas pantat Ririn.
Mereka berdua terus menikmati ciuman demi ciuman dengan mata terpejam dan nafas mulai memburu.
“Pindah yuk?” bisik Ririn.
“Kamar siapa?” tanya Bagas.
“Kamar kamu,” bisik Ririn lagi.
Mereka segera bangkit lalu menuju kamar Bagas. Bagas, waktu itu 17 tahun, masih duduk di bangku SMA. Wajah ganteng, malah mirip dengan Ririn. Sebagai pemuda yang mulai masuk pubertas, obsesinya terhadap seks sangat besar. Mulai dari bacaan, majalah dan film porno banyak dia koleksi. Di kamarnyapun banyak tertempel poster-poster porno. Di dalam kamar, mereka kembali berciuman di atas ranjang. Elusan, rabaan, dan remasan pada tubuh masing-masing sudah mulai gencar dilakukan.
Bagas yang baru pertama kali menyentuh wanita terlihat sangat agresif. Tangannya segera melepas seluruh pakaian yang melekat di tubuh Ririn. Kemudian Bagas melepas pakaiannya sendiri.
“Ohh, Gas…” desah Ririn ketika lidah Bagas menjilati puting susunya sambil tangannya yang satu meremas buah dadanya.
Bagas terus memainkan buah dada Ririn dengan lidah dan tangannya sementara kontolnya yang sudah tegak digesek-gesekannya ke memek Ririn.
“Uhh.. Sshh…” desah Ririn sambil terpejam ketika lidah Bagas turun menuruni perut lalu mulai menyusuri dan menjilati selangkangannya.
“Ooww.. Mmhh…” desah Ririn makin keras ketika belahan memeknya terasa hangat dan nikmat waktu lidah Bagas menjilatinya.
Tubuh Ririn agak melengkung merasakan nikmat ketika lidah Bagas menjilati kelentitnya.
“Ohh.. Cepat masukkan, Gas.. Cepatlahh…” desah Ririn.
Bagas menurut. Setelah mengelap mulutnya yang basah oleh cairan memek Ririn, Bagas segera mengangkangi tubuh Ririn. Diarahkan kontolnya ke lubang memek Ririn. Tangan Ririn segera memegang dan membimbing kontol Bagas agar bisa masuk ke memeknya. Setelah Bagas menekankan kontolnya, bless.. cleb.. cleb.. Kontol Bagas sudah mulai keluar masuk memek Ririn. Mata Bagas terpejam sambil terus menyetubuhi Ririn.
“Mmhh…” desah Bagas di sela-sela genjotannya.
“Ohh.. Teruss.. Teruss.. Mmhh…” desah Ririn sambil memeluk tubuh adiknya itu. Bagas terus memompa.
“Mmhh.. Aku capek…” bisik Bagas.
“Gantian…” bisiknya lagi.
Ririn mengangguk sambil tersenyum. Bagas mencabut kontolnya lalu merebahkan badannya. Ririn langsung bangkit lalu naik ke atas tubuh Bagas dan mengarahkan lubang memeknya ke kepala kontol Bagas. Kemudian dengan mata terpejam sambil memeluk tubuh Bagas, pinggul Ririn bergerak naik turun sesekali berputar dan menekankan memeknya keras ke kontol Bagas. Desahan-desahan kenikmatan memenuhi kamar Bagas yang memang sudah terhias dengan poster-poster porno menambah suasana romantis adik kakak kandung tersebut.
Tak lama gerakan Ririn makin cepat dan keras, tangannya mencengkram pundak Bagas. Dengan mata terpejam terdengar desahan panjang dari mulut Ririn.
“Ohh.. Uuhh…” desah Ririn sambil mendesakkan memeknya ke kontol Bagas lebih dalam. Kemudian tubuh Ririn lemas.
“Sudah?” tanya Bagas. Ririn mengangguk sambil tersenyum lalu turun dari badan Bagas. Bagas segera menaiki lagi tubuh Ririn.
Kembali kontolnya keluar masuk memek Ririn lebih hebat karena Bagas ingin segera mendapat kepuasan. Semakin lama gerakan Bagas semakin cepat, sampai akhirnya dengan cepat Bagas mencabut kontolnya dari memek Ririn. Kemudian disodorkan kontolnya ke mulut Ririn. Setelah sedikit mengelap kontol Bagas yang basah, Ririn segera menghisap kontol Bagas sambil mengcocoknya.
Tak lama kemudian Ririn merasakan kontol Bagas berdenyut dan terasa ada cairan hangat dan asin di lidahnya yang keluar dari kontol Bagas. Bagas mengejang ketika air maninya menyembur di dalam mulut Ririn. Ririn dengan tenang menelan semua air mani Bagas, lalu menjilati sisa air mani yang ada di kepala kontol Bagas sampai bersih. Bagas merebahkan tubuhnya di samping tubuh Ririn.
“Kamu hebat,” puji Ririn.
Bagas tersenyum sambil mengecup pipi Ririn. Kemudian mereka bangkit lalu berpakaian. ***** Sesuai dengan cerita dari Ririn, persetubuhan dengan Bagas berlangsung sampai sekarang walau Ririn sudah menikah dengan Fajar dan dikaruniai 2 orang anak. Bahkan menurut Ririn juga, satu hari menjelang pesta pernikahan dengan Fajar, dia dan Bagas sengaja menyempatkan diri pergi ke hotel dan menumpahkan semua kasih sayang disana selama beberapa jam sebagai tanda hadiah perkawinan. Bagas juga sekarang sudah menikah, dikaruniai 1 orang anak.