BERCINTA DENGAN MANTAN DI HOTEL
Cerita Sex ini berjudul ”BERCINTA DENGAN MANTAN DI HOTEL” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Duniasex99 – Bercinta dengan Mantan di Hotel – Aku seorang ibu rumah tangga, sebut saja namaku Tina (bukan nama sebenarnya). Usiaku saat ini 42 tahun, dengan seorang suami dan 3 anak yang sudah dewasa. Pernikahan kami sudah memasuki 20 tahun dan tidak ada persoalan dalam pernikahan kami tersebut. Hanya saja sudah lebih dari 7 tahun suamiku mengidap penyakit diabetes akibat pola hidup dalam mengatur waktu kerja. Dia begitu aktif dan termasuk workholic sejak belum menikah. Bandar Sakong Online
Tentu saja aku dari sisi kebutuhan biologis aku mengalami kehampaan karena kekurangmampuan suamiku memberikan kepuasaan bathin. Namun aku mencoba bertahan untuk tetap menjaga pernikahan kami. Aku justru kaget saat suamiku mengatakan memberi ijin aku untuk “selingkuh” namun dengan syarat tidak dengan sembarang laki-laki. Tentu saja aku menolaknya.
Dalam perjalanan waktu akhirnya aku tidak bisa mempertahankan prinsipku. Pertama kali aku jatuh dalam perselingkuhan saat bertemu dengan saudara sepupuku. Kedekatanku saat masa remaja dan kuliah menjadikan aku mulai mengenal perselingkuhan. Aku dan dia sempat melakukan hubungan ML sekali namun begitu berkesan. Selain aku terpuaskan dari sisi biologis, juga ada sensasi lain yang aku alami.
Namun dalam cerita ini aku bukan menceritakan perselingkuhanku tersebut. Namun justru perselingkuhanku yang kedua kalinya akibat sensasi lain yang aku alami. Perselingkuhanku yang kedua aku jalani bersama mantan pacarku saat SMA. Sebenarnya dikatakan mantan juga belum, namun aku tertarik dengannya dan aku juga merasa dia tertarik denganku, terbukti kami sering berjalan berdua. Hanya saja dia tidak berani mengungkapkannya, hingga aku ditembak terlebih dahulu dengan suamiku saat ini.
Sudah lama kami berteman melalui akun FB yang berlanjut dengan medsos, baik BBM maupun WA. Oya aku akan sedikit memperkenalkan diri, wanita kelahiran Jakarta dengan tinggi 160m dan berat sekitar 48 kg, dengan wajah oval. Banyak orang bilang aku manis termasuk suamiku sendiri. Dengan kulit coklat serta wajah yang tidak menunjukkan raut usia 40-an lebih, bahkan ada yang bilang usiaku masih 30-an. Selain itu tubuhku dibilang montok serta memiliki buah dada ukuran 36D.
Kembali ke cerita awal, mantan pacarku sebut saja Aris (bukan nama sebenarnya) mulai intens berkirim kabar baik lewat FB maupun medsos. Kejadiannya terjadi tahun 2016 yang lalu, saat dia mulai berani mengungkapkan perasaannya kepadaku. Aku sungguh kaget namun antara senang dan geli melihat kelakuannya yang berbeda dengan saat SMA dulu. Usiaku dengan mantan pacarku selisih 1 tahun dibanding dengan suamiku yang selisih 4 tahun.
Entah kenapa aku juga menanggapinya melalui FB maupun medsos. Oya jarak kami tinggal 700km jauhnya. Dia tetap tinggal di Jakarta, sementara aku tinggal di salah satu kota di Jawa Tengah. Setelah komunikasi lebih dari 1 bulan, dia mulai berani jika chat menyenggol ke arah seks. Awalnya setiap chatting selalu ditanyakan aku ada dimana, lagi ngapain, pakai baju apa hingga pakaian dalam yang kukenakan. Aku sendiri enjoy aja menikmati percakapan tersebut. Puncaknya saat suamiku tidak ada di rumah dia mengajak kencan lewat sex chatting dan aku melayaninya.
Dari awal hanya tulisan, kemudian saling berkirim foto dengan posisi yang seksi. Aku tertarik dengan model burungnya yang menurutku aneh dibandingkan dengan 2 burung yang pernah aku lihat. Punya Aris burungnya cukup panjang dengan batangnya yang dalam foto terlihat lebih kecil dibandingkan “helmnya” yang begitu besar. Menurut dia panjangnya jika tegang mencapai 18 cm dengan diameter batang sekitar 4 cm dan diameter helm sekitar 5,5 cm. Selain itu bentuknya lurus dan mendekati kepala burung agak melengkung. Selama ini yang aku lihat biasanya antara batang dan kepala itu ukurannya proposonal.
Suatu saat dia mengajak untuk video call malam hari. Saat itu suamiku sedang pergi ke luar kota. Dia melontarkan gagasan untuk melakukan video seks dengan masing-masing melakukan onani dan masturbasi. Entah kenapa aku juga mengiyakan. Dengan menggunakan tablet masing-masing kami melakukannya. Harus aku akui bahwa batang burungnya tampak beda dibandingkan dengan foto. Saat masih belum on burungnya udah tampak begitu besar. Sengaja aku minta dia untuk mengukur burungnya saat tegang dan ternyata…woouw lebih dari 18 cm hanya untuk panjang batangnya. Namun yang membuat aku jadi ketagihan untuk mengulanginya adalah aku selalu orgasme dan dia belum keluar. Walau sudah berjalan 20 menit.
Suatu saat dia melontarkan keinginannya untuk ML secara langsung denganku. Aku pun menyambut keinginan tersebut. Disepakati akan bertemu di Yogyakarta karena aku punya tugas menyelesaikan warisan kakak dari ayahku yang meninggal tanpa menikah. Dia sendiri akan memajukan rencana tugas kantornya. Setelah meminta ijin suamiku yang ternyata sehari sebelumnya harus dinas ke luar Jawa selama beberapa hari, akhirnya aku berangkat ke Yogyakarta. Sengaja hari pertama masing-masing menyelesaikan tujuannya terlebih dahulu dan berjanji bertemu setelah semua pekerjaan selesai.
Setelah urusan dengan notaris selesai, sorenya sekitar jam 16.30 kita bertemu di sebuah hotel tempat Aris menginap. Dia menginap di salah satu hotel berbintang empat yang sudah dipilih oleh kantornya. Sementara aku sendiri juga sudah meminta ijin menginap juga dengan alasan urusan notaris butuh waktu 2 hari. Untungnya suamiku mendukung agar tugas yang diberikan oleh ayahku dapat segera tuntas.
Kami bertemu di lobby hotel dan sengaja kami memesan 2 kamar yang memiliki connecting door. Setelah masuk kamar masing-masing, barulah kami membuka pintu connecting tersebut. Aku masuk ke kamarnya yang jauh lebih besar ukurannya. Tampak sebuah ruang tamu kecil berikut sofa dan tv datar serta kamar yang terpisah dengan ranjang besar dengan view menghadap ke Gunung Merapi. Saat itu cuaca gerimis di luar.
Aku masih mengenakan rok span dengan tanktop putih yang ditutup blazer warnah merah hati senada dengan rok. Sementara dia mengenakan celana jeans dengan kemeja lengan pendek. Mengobrol di sofa panjang namun aku tahu kalau Aris memendam sesuatu yang terlihat dari sorot matanya yang selau mengarah ke buah dadaku. Sesaat kemudian dia menggeser duduknya hingga berhimpitan badan denganku. Sambil melingkarkan tangannya ke pundakku sejurus kemudian dia mendaratkan ciuman tipis ke bibirku.
“udah nggak tahan yach,” ujarku.
Dia hanya tertawa kecil dan kemudian menganggukkan kepalanya.
“Kamu sendiri bagaimana,” tanya dia.
“Hayuk kalau udah nggak tahan,” jawabku
.
Sejurus kemduain kami berciuman dengan posisi saling berhadapan duduk di sofa. Harus aku akui dia begitu lembut saat berciuman. Sesekali dia meremas buah dadaku bergantian kiri dan kanan.
Merasa tidak nyaman akhirnya kami berdiri sambil tetap berciuman. Terasa burungnya mulai mengganjal di pahaku. Dibanding dengan suamiku, Aris lebih pendek tingginya. Sehingga memudahkan saat berciuman karena tinggi kami tidak begitu jauh. Sambil tetap berciuman kami bergeser ke dalam kamar dan kemudian dia merebahkan aku ke kasur. Kami menghentikan berciuman dan beringsut menuju ke bagian atas tempat tidur. Sesaat dia bertanya “boleh aku buka bajumu” sambil menindih tubuhku. Aku hanya menganggu sambil tersenyum.
Perlahan blaserku dilepas dan dilempar begitu saja ke lantai, demikian juga dengan tanktopku. Sejurus kemudian dia melepas rokku hingga yang melekat tinggal celana dalam berenda maupun bh tanpa tali warna hitam. Sesaat dia melihat tubuhku dalam kondisi seperti itu.
“Kamu curang,” protesku karena dia masih memakai pakaian lengkap.
Dengan berpindah posisi dia di bawah, aku mulai melepas kemejanya yang juga aku buang ke lantai begtu saja. Dengan dibantu Aris akhirnyacelana jeansnya pun berhasil aku lepas. Kini terlihat tubuhnya hanya menggunakan celana dalam model biasa warna hijau.
Aku pun sesaat memperhatikan dadanya yang ditumbuhi bulu-bulu agak tebal serta sepasang puting warna merah miliknya. Kemudian aku melihat ke bawah karena ada gerakan kecil dari balik celana dalamnya. Woou aku kaget saat melihat kepala burungnya sedikit menonjol keluar dari celana dalamnya. Tiba-tiba Aris membalikkan badanku hingga posisi di bawah.
“Aarchh….archh…,” erangan yang keluar dari mulutku saat kumis tipis menyentuh buah dadaku.
Ya dia menciumi buah dadaku bagian atas karena sengaja BH-ku belum dilepasnya. Sejurus kemudian tangan kananya meremas buah dadaku bagian kiri yang masih terbungkus BH. Sementara ciumannya mendarat dan sesekali menjilat buah dadaku sebelah kanan. Aku menikmatinya karena dia memperlakukanku dengan elegannya.
“Buka saja BH ku,”ujarku. Dengan sedikit mengangkat dadaku, dia akhirnya membuka pengait Bhku dan membuangnya ke lantai.
Kini sepasang bukit kembar terpampang didepannya. Dia memperhatikan buah dadaku sesaat dan berkomentar
“buah dadamu bagus, masih kencang dan pentilnya begitu menggoda, nggak ketahuan jika kamu sudah punya anak 3,” ujarnya.
Aku sedikit bangga dengan pujian tersebut yang juga dilontarkan suamiku maupun sepupuku juga. Memang pentil atau putingku masih terawat seperti anak masih kuliah dengan warna coklat kemerahan saat mengembang. Sementara lingkaran kecil seputar pentilku juga berwarna coklat. Aku memang rajin meawat buah dadaku.
Rasa geli mulai merasuki diriku saat kumis tipis milik Aris mulai menyentuh pentilku saat dia mencium dan menjilati seputaran pentilku. Akibatnya bisa ditebak, pentilku pun mengembang membesar dengan cepat. Sementara tangan kirinya dengan menelangkup ke buah dadaku sebelah kanan diremas-remasnya.
“Oohhhh….aachhhh….terus sayang,” kalimat yang berulang-ulang keluar dari mulutku.
Bergantian dia mencium dan meremas maupun memelintir pentilku serta kedua belah bukit kembar.
Aku pun tidak tinggal diam, tangan kananku dengan mudah karena tingginya yang hampir sama menurunkan sedikit celana dalamnya. Kemudian aku pilin-pilin kepala burungnya. Tampak dia menggeliat-geliat saat helm kesayangannya tersebut aku elus dan putar-putar. Karena dihimpit badannya, aku tidak bisa melihat langsung burungnya, namun terasa burungnya semakain keras dan membesar.
Aris memberikan kesempatan tangan kiriku untuk juga memilin-milin pentil merahnya bergantian. “Achhh…terus sayang,” ungkapnya. Dia pun dengan sengaja menurunkan dadanya sehingga kecupan dan jilatan kecilku bisa mendarat bergatian di pentilnya. Ada sensasi lain yang aku alami saat bulu-bulu dadanya menggesek dadaku maupun buah dadaku, karena suamiku tidak memiliki bulu dada.
Sengaja dia menarik tanganku menjauh dari burungnya dan dilanjutkan dia menciumi seluruh badanku hingga akhirnya dia memainkan bulu-bulu memekku yang keluar dari celana dalam maupun dibalik rendaku. Beberapa kecupan kecil juga mendarat di bagian renda celana dalamku maupun beberapa bagian pahaku. Tentu saja aku menggelinjang kegelian namun nikmat. Sekali lagi aku menyukai cara Aris memperlakukanku dengan tidak kasa.
Diiringi dengan suara hujan deras diselingi petir, celana dalamku pun terlepas dan dibuang oleh Aris ke lantai. Selanjutnya dia menundukkan kepala di area selangkanku dan mulai menciumi klitorisku serta menjilatinya. Mendapat serangan seperti itu aku menghentak-hentakkan kaki di ranjang.
“Aduuuhh….ooochhh…nggak kuat….geli,” teriakku menghadapi gempuran silih berganti.
Dinding memekku pun berkedut-kedut. “Stop….stop….sudahhh nggak kuat,” teriakku kembali.
Bukannya menghentikan Aris justru menyapu memekku membabi buta dengan ciuman maupun jilatan.
Sejuru kemudian Aris menghentikan ciuman seputar memekku dan menghapus ludah dan cairan yang berasal dari memekku disekitar mulutnya. Kemudian aku meminta dia untuk mengambil posisi di bawah dan giliran aku mengambil posisi WOT. Setelah melakukan hal yang sama seperti Aris lakukan ke aku, giliranku menurunkan dan membuang celana dalamnya. Langsung berdiri tegak mengacung burungnya didepan hidungku. Ada yang berbeda terpampang dihadapanku, ternyata Aris tidak suka memelihara rambut diseputaran burungnya alias polos/plontos. Selain itu aku sempat melihat bentuk burungnya yang mengacung dengan batangnya yang lebih kecil dibandingkan kepala/helm burungnya. Namun aku kagum dengan ukuran batang maupun helmnya yang begitu besar lingkarnya serta panjang ukuran burungnya.
Tanpa dikomando setelah sempat aku pilin-pilih kepalanya dengan lumuran ludahku, giliran batangnya aku urut-urut. Persis seperti dalam foto maupun video call ukuran batangnya lebih kecil dari pada kepala burungnya. Namun untuk panjang dan lebarnya tampat lebih panjang dan lebar dibanding yang difoto maupun video. Sejurus kemudian burunya pun aku kulum dan sedot-sedot berkali-kali. Reaksinya pun senada dia menghentakkan kakinya ke ranjang serta melenguh panjang.
“aaauuuuuccchhh…..enak sayang….terus-terus….achhh…tapi jangan lama-lama diemutnya.”
Aku pun sesaat kemudian menghentikan oralku di kepala maupun batang burungnya dan menghapus lendir yang ada dimulutku. Kemudian aku beringsut ke atas dan berciuman dengan posisi dada hampir berhimpitan. Saking kerasnya batang burungnya, aku merasakan posisinya sudah berada dekat dengan lubang memekku. Sembari berciuman dengan memainkan lidah masing-masing, aku merasakan upaya Aris untuk memasukkan burungnya ke dalam memekku tanpa dibantu tangannya. Terasa gesekan-gesekan benda tumpul terasa menggetar klitorisku saat berupa untuk memasukkannya.
Terasa kemudian ada benda tumpul yang mulai masuk ke dalam lubang memekku. Saat kepala burungnya mulai menyodok masuk, namun tertahan karena ukurannya yang begitu besar.
“Aaaachhh….pelan-pelan sayang,” ujarku.
“iya sayang….memekmu sempit seperti perawan,” ujarnya pula.
Diayunnya kembali burungnya pelan-pelan hingga terasa sedikit batang burungnya mulai terasa di dinding vaginaku. Rasa geli tapi nikmat terasa diubun-ubunku saat Aris menggoyang maju mundur burungnya agar bisa masuk seluruhnya. Ada sensasi yang berbeda saat kepala burungnya membuat dinding vaginaku terasa lebih sesak dibanding batangnya. Aku sempat melirik ke bawah, dan ternyata batang burungnya baru masuk belum ada setengah. Selain itu baru aku tahu bahwa burungnya sedikit bengkok di bagian atasnya.
“aauuughhh….truss mas, enaaakkk,” teriakku saat seluruh batang burungnya blesss masuk.
Aku merasakan kepala burungnya mentok hingga menyentuh dinding rahimku. Aku pun menggoyangkan badanku sembari mengikuti irama goyangan Aris untuk mendapatkan titik kenikmatan dengan kujepitkan burungnya diantara kedua pahaku.
“Sayang aduuuuhhhh nikmat,” ujar Aris sembari menyodokkan burungnya lebih keras.
Mendapat serangan sodokan yang terasa menyentuh berkali-kali rahimku serta gesekan yang begitu kuat didinding vaginaku menjadikan aku tidak kuat menahan gejolak birahiku. Diantara bunyi guntur yang berbunyi beberapa kali, teriakanku menggema di dalam kamar. Hingga akhirnya akupun menyerah setelah kurang dari 10 menit mendapatkan sodokan tersebut.
“Akuuuuu keluuuaaaar sayaaang,” erangku sembari menjatuhkan badanku diatas badannya.
Aris paham dan memberikan waktu dengan mendiamkan burungnya yang tertancap di memekku. Terasa ada rasa geli saat dinding vaginaku mengurut-urut batang burungnya.
Sembari memberikan kecupan dipipiku Aris kemudian membalik badanku hingga posisinya berganti diatasku. Sambil memberikan tanda berupa senyuman dia memulai menggoyang maju mundur secara perlahan dengan diiringi kuluman di puting buah dadaku bergantian. Kembali birahi naik dan sengaja kukunci pahanya dengan silangan kedua kakiku. Guna mendapatkan sensasi yang lebih sengaja aku letakkan bantal di bawah pantatku. Tak terasa didalam ruangan ber-AC dan disertai hujan deras terlihat beberapa tetes keringat muncul di dahi Aris.
“Teruuuss sayang, goyang aku dan tancepin lebih dalam,”rengekku.
“Iya-iya nich aku tancepin tiang besiku,” tanggapnya sembari menekan dengan keras setiap memajukan burungnya. “Auuoooghhh…nikmaaatt,” teriakku kembali.
Setelah beberapa saat tanpa melepas burungnya yang masih menancap di memekku , Aris mengangkat kedua kakiku dan meletakkannya di kedua bahu. Kemudian menyodok dengan berirama dari perlahan hingga keras menghujam. Untuk kedua kalinya aku mencapai orgasme dalam permainan saat itu.
“Aaakuuuu dapeett,” erangku terbata.
Sesaat Aris mencabut burungnya dan terlihat batang dan helmnya mengkilat akibat cairan yang menempel serta bentuknya yang masih tegak mengacung. Sudah lebih dari 20 menit kita ML saat kutengok arlojiku. Tiba-tiba dalam kondisi yang masih lemas, dia mengubah posisiku menyamping dan sejurus kemudian bles burungnya sudah menancap kembali dari belakang. Dengan posisi menyamping dia mencocok kembali memekku dengan perlahan. Sementara tangan kirinya memilin-milin pentilku serta sesekali meremasnya. Sensasi lain kini aku rasakan saat Aris menarik-masuk burungnya. Terutama saat menarik seperti ada yang menggaruk memekku.
Sesaat setelah dengan posisi seperti itu dia meminta aku menungging di atas ranjang dan dengan gaya doggie style dia mulai memainkan kembali memekku.
“Eunaaak sayang genjiot aku terus…ooghh,” erangku.
“Kaaammuuu suka,” tanyanya. “Iyaaa aku sukaaa, dedek kecilmu mantaap,” jawabku sambil merasakan suara “plok-plok” berkali-kali.
Sejurus kemudian dia menarik pinggangku ke pinggir ranjang dan meneruskan gaya tersebut dengan posisi Aris berdiri di lantai serta kedua tangannya meremas-remas buah dadaku.
“Oooooghhhh enak sayaang terus,” ujarku berkali-kali.
Tak lama kemudian dia mencabut burungnya dan meminta aku membalik badannya serta diminta naik ke bagian atas ranjang. Dia kembali memasukkan burungnya dengan gaya konvensional. Namun kalau yang pertama lebih banyak bertumpu di atas kedua lengannya, kini lebih banyak kedua tubuh kami berhimpitan. Selain sensai dari burungya, aku mengalami sensasi gesekan dadku dengan bulu-bulu yang ada didadanya. Ya dari dulu aku paling suka melihat cowok berbulu, sementara suamiku tidak memiliki bulu didadanya.
Sesaat kemudian gerakan menghujamnya mulai keras menancap ke dalam memekku diiringi gerakan yang cukup cepat.
“Oooghh…oogggh…hmmmm….memekmu enak sayang,” ujarnya sambil kurasakan ada keduatan-keduatan dibagian kepala burungnya.
“Udaah mau keluar sayang,” tanyaku.
“Iyaaa….tumpahin dimana sayang?” tanyanya. “Didalam saja sayang….ayoooo kita barengan,” jawabku dengan terengah-engah juga.
“Akuuuuu dapeet lagi,” teriakku sambil mengangkat pantatku untuk menerima hujaman burungnya yang sejurus kemudiaan dia berteriak panjang sambil terbata-bata
“Ooooghh….akuuuuu keluaaarr.” Crooott-crootttt beberapa kali semprotan spermanya kurasakan didalam memekku.
Aku merasakan seluruh badan dan tulangku lemas akibat orgasme yang ketiga kalinya. Sementara dia sendiri merubuhkan badannya diatas tubuhku. Sejenak kemudiann dia menggeser tubuhnya hingga kami beradap-hadapan, namun burungnya masih menancap di dalam memekku.
“Enak sayang aku puas,” sahutku sambil tersenyum.
“Belum pernah ada yang mampu bermain lebih dari setengah jam,”lanjutku.
“Iya memekku juga enak, nie burungku masih dipijat terus,” tukasnya.
Ya aku merasakan dinding-dinding vaginaku masih berkedut-kedut meremas burungnya dan beberapa kali aku masih merasakan semprotan spermanya walau tidak kencang.
“Tunggu nanti malam kamu tentu lebih berteriak,” ujarnya.
Sesaat kemudian kami berdua akhirnya tertidur dengan posisi saling berpelukan dengan burungnya masih berada didalam memekku.
Setelah selesai mandi dan makan malam berdua di luar hotel. Kami masuk kembali ke kamar karena situasi di luar masih hujan cukup deras melanda kota Yogyakarta. Aku sempat masuk ke kamar mandi dan sengaja berganti baju dengan menggunakan baju tidur tipis serta tidak menggunakan pakaian dalam. Saat aku keluar tampak Aris sudah telanjang bulat serta menelan sesuatu yang diikuti dengan meminum air mineral.
“Kamu menelan apa sayang,?” tanyaku.
“Nggak aku minum multivitamin,” jawabnya sambil berlalu menuju ke kamar mandi.
Sesaat aku lihat burungnya dalam kondisi tertidur yang kutaksir panjangnya 5 cm.
Sesaat kemudian dia keluar dari kamar tidur aku melihat perbedaan pada burungnya yang terlihat lebih mengkilat serta sudah mulai bangun. Namun saat aku merayunya dia bilang
“Sabar ya sayang, bentar kita tiduran,” ujarnya. Akupun mengangguk dia kita tiduran di ranjang sambil berbicara kesana-kemari diselingi kata-kata jorok.
“Aku baru merasakan memek yang begitu sempit,” ujarnya.
“Aku juga suka pentilmu yang coklat kemerahan serta buah dadamu yang masih kencang, walaupun usiamu tidak muda lagi.” Lanjut Aris.
Aku hanya tersenyum mendengar pujian tersebut.
Kurang lebih 30 menit lebih kami mengobrol, tiba-tiba dia mulai mencium bibirku. Sejurus kemudian pakaian tidurku pun dilepasnya sambil posisi kita duduk berhadapan. Kami melanjutkan ciuman sambil posisi duduk serta badanku pun mulai dipangkunya.
“Nanti nggak usah dioral ya,” ujarnya.
Akupun menggangguk sambil kurasakan burungya sudah maksimal bentuk dan ukurannya. Sejurus kemudian pantatku sedikit diangkatnya dan bless..burungnya pun ambles tertelan memekku. Dengan posisi aku lebih tinggi sedikit di atasnya, aku goyang-goyang naik turun pantatku.
“Oouugh…enak sayang,” erangku karena ada sensasi yang lain saat aku maju mundurkan pantatku.
Ada sesuatu yang kurasakan lain dibanding ML pertamaku tadi dengan Aris. Burungnya keras seperti besi berbeda dengan saat pertama ML tadi sore. Akibatnya dinding vaginaku terasa sesak karena batang maupun kepala burungnya bagai besi yang keras. Tentu saja sensasi yang muncul pun berbeda.
“Kenapa sayang kok berhenti,” tanya Aris ketika aku sempat menghentikan goyangan pantatku sesaat.
“Nggak ini burungmu kok beda dengan sore tadi yach?” tanyaku.
“Aku tadi sudah bilang akan bikin kamu terpuaskan malam ini,” jawabnya.
Kami berganti beberapa gaya dan sudah 3 kali aku mencapai klimaks. Bahkan hampir 1 jam belum ada tanda-tanda Aris akan mengakhiri permainan ranjang kami. Bahkan peluh keringat mulai mengucur dari tubuh kami berdua, walaupun di tempat ber-AC.
“Ouugghhh sayang aku sudah tidak kuat,” erangku yang merasakan tulangku sudah nyeri.
“Sebentar sayang kita berbarengan yuk keluarnya,” jawab dia.
Dengan posisi konvensional kembali Aris menggenjotku dengan irama sedang. Aku masih mersakan bagaimana kerasnya batang burungnya dan terasa kepala burungya mendesak-desak dinding vagina. Ketika aku sudah mendekati orgasme yang keempat kalinya, sengaja aku jepit burungnya dengan mengencangkan jepitan pahaku yang menyilang diatas pantatnya. Sementara sengaja aku naikkan pantatku hingga sedikit menggantung dan kuputar pantatku pelan-pelan.
“Sayang kamu apakan burungku rasanya ngilu dan ketarik-tarik,” lenguh Aris.
“Rasakan saja sayang, aku sdah mau sampe.” Erangku lagi.
Tidak lama kemudian goyangan Aris semakin cepat serta disertai erangannya.
“Oouuddhh…oughhh, sayang enak bangeeet….ini udah mau keluar.” Pertahananku akhirnya jebol keempat kalinya.
“Akuuuuu dapeeettt sayaaaang….ouuugh,” sembali kepala kugoyangkan tidak beraturan.
Selang ebberapa detik giliran Aris pun berteriak
“Iyaaaaa aku juga keluaaaarrrr,” diiringi semprotan berkali-kali spermanya yang membanjiri memekku.
Kami berdua akhirnya beristirahat dengan posisi tetap berhadapan dan burungnya Aris masih menancap didalam memekku. Akhirnya aku tahu rahasia kenapa burungya menjadi begitu keras, dia meminum ramuan kapsul untuk menjadikan burungnya keras. Serta mengolesi burungnya dengan minyak yang konon dari Arab, sehingga batang burungnya menjadi tidak merasakan gesekan hingga beberapa saat.
Malam itu kami lalui dengan ML hingga 2 kali sebelum akhirnya kami tertidur. Keesokan paginya pun kami melakukan serangan fajar dan mengulang kembali beberapa kali hingga saya meninggalkan hotel, sementara Aris tetap tinggal untuk menyelesaikan beberapa tugas yang belum selesai. Badanku terasa letih namun puas hingga tertidur dalam taksi yang membawa aku pulang ke rumah.
Dua hari kemudian aku bertemu kembali dengan Aris di sebuah hotel di kotaku dan mengulangi lagi hingga beberapa kali sebelum dia kembali kekotanya melalui kotaku. Sungguh pengalaman luar biasa yang aku alami dengan burung yang modelnya menurutku aneh tetapi memuaskan.