Juraganku Menodaiku
Cerita Sex ini berjudul ”Juraganku Menodaiku” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Duniasex99 – Ini terjadi ketika aku masih berusia 14 tahun. Aku yang baru saja lulus SD bingung mau kemana. Melanjutkan sekolah nggak mungkin, sebab bapakku sudah satu tahun yang lalu meninggal. Sedangkan ibuku hanya penjual nasi bungkus di kampus dan kedua kakakku pergi entah bagaimana kabarnya. Sebab sejak pamitan mau merantau ke pulau Bali, nggak pernah ada kabar bahkan sampai bapak meninggal pun juga nggak tahu. Adik perempuanku yang masih kelas dua SD juga membutuhkan biaya.
Akhirnya aku hanya bisa main-main saja. Sebab meski aku anak laki-laki satu-satunya, aku mau kerja masih belum kuat dan takut untuk pergi merantau tanpa ada yang mengajak. Suatu ketika, ada saudara bapakku yang datang dengan seorang tamu laki-laki. Kata pamanku dia membutuhkan orang yang mau menjaga rumahnya dan merawat taman. Setelah aku berpikir panjang, aku akhirnya mau dengan mempertimbangkan keadaan ibuku.
Berangkatlah aku ke kota Jember, tepatnya di perumahan daerah kampus. Aku terkagum-kagum dengan rumah juragan baruku ini, disamping rumahnya besar halamannya juga luas. Juraganku, sebut saja namanya Pak Beni, Ia Jajaran direksi bank ternama di kota Jember, Ia mempunya dua anak perempuan, yang satu baru saja berkeluarga dan yang bungsu kelas 3 SMA, namanya Kristin, usianya kira-kira 18 tahun. Sedangkan istrinya membuka usaha sebuah toko busana yang juga terbilang sukses di kota tersebut, dan masih ada satu pembantu perempuan Pak Beni, namanya Bik Miatun, usianya kira-kira 27 tahun.
Teman Kristin banyak sekali, setiap malam minggu selalu datang k erumah. Kadang pulang sampai larut malam, hingga aku tak bisa tidur sebab harus menunggu teman non Kristin pulang untuk mengunci gerbang. Kadang juga bergadang sampai pukul 04.00. Mungkin kecapean atau memang ngantuk usai begadang malam minggu, yang jelas pagi itu kamar non Kristin masih terkunci dari dalam. Aku nggak peduli sebab bagiku bukan tugasku untuk membuka kamar Non Kristin. Aku hanya ditugasi jaga rumah ketika pak Beni dan istrinya Pergi kerja dan merawat tamannya saja.
Pagi itu pak Beni dan istrinya pamitan mau keluar kota, katanya baru pulang minggu malam sehingga di rumah itu tinggal aku, bik Miatun dan non Kristin. Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 tapi non Kristin masih belum bangun juga dan bik Miatun sudah selesai memasak.
“Jono, aku mau belanja tolong pintu gerbang dikunci.”
“Iya bik!” jawabku sambil menyiram tanaman di depan rumah. Setelah bik Miatun pergi, aku mengunci pintu gerbang.
Setelah selesai menyiram taman yang memang cukup luas, aku bermaksud mematikan kran yang ada di belakang. Sesampai di depan kamar mandi, aku mendengar ada suara air berkecipung. Kulihat kamar non Kristin sedikit terbuka, berarti yang mandi non Kristin. Tiba-tiba timbul niat untuk mengintip. Aku mencoba mengintip dari lubang kunci, ternyata tubuh non Kristin mulus dan susunya sangat kenyal. Kuamati terus saat non Kristin menyiramkan air ke tubuhnya, dengan perasaan berdegap aku masih belum beranjak dari tempatku semula.
Baru pertama ini aku melihat tubuh perempuan tanpa tertutup sehelai benang. Sambil terus mengintip, tanganku juga memegangi penisku yang memang sudah tegang. Kulihat non Kristin membasuh sabun ke seluruh badannya. Aku nggak melewatkan begitu saja sambil tanganku terus memegangi penis. Aku cepat-cepat pergi, sebab non Kristin sudah selesai mandinya. Namun karena gugup, aku langsung masuk ke kamar WC yang memang berada berdampingan dengan kamar mandi. Disitu aku sembunyi sambil terus memegangi penisku yang daritadi masih tegang.
Cukup lama aku di dalam kamar WC sambil terus membayangkan yang baru saja kulihat. Sambil terus merasakan nikmat, aku tidak tahu kalau bik Miatun berada di depanku. Aku baru sadar saat bik Miatun menegurku,
“Ayo.. ngapain kamu?”
Aku terkejut. Cepat-cepat kututup resleting celanaku, betapa malunya aku.
“Ng.. nggak Bik.” kataku sambil cepat-cepat keluat dari kamar WC. Sialan aku lupa kunci pintunya, gerutuku sambil cepat-cepat pergi.
Esoknya usai aku menyiram taman, aku bermaksud ke belakang untuk mematikan kran. Tapi karena ada bik Miatun mencuci, kuurungkan niat itu.
“Kenapa kok kembali?” tanya bik Miatun.
“Ah.. enggak Bik.” jawabku sambil terus ngeloyor pergi.
“Lho, kok nggak kenapa? Sini saja nemani bibik nyuci, lagian kerjaanmu kan sudah selesai. Bantu saya menyiramkan air ke baju yang akan dibilas,” pinta bik Miatun.
Akhirnya akupun menuruti permintaan bik Miatun. Entah sengaja memancing atau memang kebiasaan bik Miatun, setiap mencuci baju selalu menaikkan jaritnya di atas lutut. Melihat pemandangan seperti itu, jantungku berdegap begitu cepat
“Begitu putihnya paha Bik Miatun ini.” pikirku. Lalu bayanganku mulai nakal dan berimajinasi untuk bisa mengelus-ngelus paha putih bik Miatun.
“Heh! Kenapa melihat begitu?!” pertanyaan bik Miatun membuyarkan lamunanku.
“Eh.. ngg.. nggak bik.” jawabku dengan gugup.
“Sebentar bik, aku mau buang air besar.” kataku. Lalu aku segera masuk ke dalam WC, tapi kali ini aku tak lupa untuk mengunci pintunya.
Di dalam WC, aku hanya bisa membayangkan paha mulus bik Miatun sambil memegangi penisku yang memang sudah menegang. Cuma waktu itu aku nggak merasakan apa-apa, cuma penis ini tegang saja. Akhirnya aku keluar dan kulihat bik Miatun masih asik dengan cuciannya.
“Ngapain kamu tadi di dalam Jon?” tanya bik Miatun.
“Ah.. nggak Bik cuma buang air besar saja kok,” jawabku sambil menyiramkan air pada cucian bik Miatun.
“Ah yang bener? Aku tahu kok. Aku tadi sempat menguntit kamu, aku penasaran jangan-jangan kamu melakukan seperti kemarin. Ee..nggak taunya benar,” kata bik Miatun.
“Hah..? jadi bibik mengintip aku?” tanyaku sambil menunduk malu. Tanpa banyak bicara aku langsung pergi.
“Lho.. kok pergi? Sini Jon, belum selesai nyucinya. Tenang saja Jon, aku nggak akan cerita kepada siapa-siapa. Kamu nggak usah malu sama bibik ” panggil bik Biatun. Kuurungkan niatku untuk pergi.
“Ngomong-ngomong, gimana rasanya saat kamu melakukan seperti tadi Jon?” tanya bik Miatun.
“Ah, nggak bik,”jawabku sambil malu-malu.
“Nggak gimana?” tanya bik Miatun seolah-olah mau menyelidiki aku.
“Nggak usah diteruskan, bik. Aku malu.”
“Malu sama siapa? Lha, wong disini cuma kamu sama aku kok. Non Kristin juga sekolah, pak Beny kerja.” kata bik Miatun.
“Iya malu sama bibik, sebab bibik sudah tahu milikku,” jawabku.
“Oalaah, gitu aja kok malu. Sebelum tahu milikmu, aku sudah pernah tahu sebelumnya milik mantan suamiku dulu. Enak ya?”
“Apanya bik?” tanyaku.
“Iya rasanya to..?” gurau bik Miatun tanpa memperdulikan aku yang bingung dan malu padanya.
“Sini kamu..” kata bik Miatun sambil menyuruhku untuk mendekat. Tiba-tiba tangan tangan bik Miatun memegang penisku.
“Jangan bik..!!” sergahku sambil berusaha meronta. Namun karena pegangannya, kuat rasanya sakit kalau terus kupaksakan untuk meronta.
Akhirnya aku hanya diam saja ketika bik Miatun memegangi penisku yang masih di dalam celana pendekku. Pelan tapi pasti aku mulai menikmati pegangan tangan bik Miatun pada penisku. Aku hanya bisa diam sambil terus melek merem merasakan nikmatnya pegangan tangan bik Miatun. Lalu bik Miatun mulai melepas kancing celanaku dan melorotkanya kebawah. Penisku sudah mulai tegang dan tanpa rasa jijik, bik Miatun jongkok dihadapanku dan menjilati penisku.
“Ach.. bik.. geli,” kataku sambil memegangi rambut bik Miatun.
Bik Miatun nggak peduli, dia terus saja mengulum penisku. Bik Miatun berdiri lalu membuka kancing bajunya sendiri, tapi tidak semuanya. Kulihat pemandangan yang menyembul di depanku yang masih terbungkus kain kutang, dengan ragu-ragu kupegangi. Tanpa merasa malu, bik Miatun membuka tali kutangnya dan membiarkan aku terus memegangi susu bik Miatun. Dia mendesah sambil tangannya terus memegangi penisku. Tanpa malu-malu, kuemut pentil bik Miatun.
“Ach.. Jon.. terus Jon..”
Aku masih terus melakukan perintah bik Miatun, setelah itu bik Miatun kembali memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Aku hanya bisa mendesah sambil memegangi rambut bik Miatun.
“Bik, aku seperti mau pipis,” lalu bik Miatun segera melepaskan kulumannya dan menyingkapkan jarinya yang basah, kulihat bik Miatun nggak memakai celana dalam.
“Sini Jon..,” Bik Miatun mengambil posisi duduk, lalu aku mendekat.
“Sini.. masukkan penismu kesini.” sambil tangannya menunjuk bagian selakangannya.
Dibimbingnya penisku untuk masuk ke dalam vagina bik Miatun.
“Terus Jon tarik, dan masukkan lagi ya..”
“Iya bik” kuturuti permintaan bik Miatun. Lalu aku merasakan seperti pipis, tapi rasanya nikmat sekali. Setelah itu aku menyandarkan tubuhku pada tembok.
“Jon.. gimana, tahu kan rasanya sekarang?” tanya bik Miatun sambil membetulkan tali kancingnya.
“Iya bik..”jawabku.
Esoknya, setiap isi rumah menjalankan aktivitasnya. Aku selalu melakukan adegan ini dengan bik Miatun. Saat itu hari Sabtu, kami nggak nyangka kalau non Kristin pulang pagi. Saat kami tengah asyik melakukan kuda-kudaan dengan bik Miatun, non Kristin memergoki kami.
” Hah? Apa yang kalian lakukan! Kurang ajar! Awas nanti tak laporkan pada papa dan mama, kalian!”
Melihat non Kristin kami gugup bingung, “Jangan non.. ampuni kami non,” rengek bik Miatun.
“Jangan laporkan kami pada tuan, non.”
Akupun juga takut kalau sampai dipecat, akhirnya kami menangis di depan non Kristin. Mungkin non Kristin iba juga melihat rengekan kami berdua.
“Iya sudah jangan diulangi lagi bik!!” bentak non Kristin.
“Iy.. iya non,” jawab kami berdua.
Esoknya, seperti biasa non Kristin selalu bangun siang kalau hari minggu. Saat itu bik Miatun juga sedang belanja, sedangkan pak Beny dan istrinya ke Gereja. Saat aku meyirami taman, dari belakang kudengar non Kristin memanggilku,
“Joon!! Cepat sini!!” teriaknya.
“Iya non,” akupun bergegas ke belakang tapi aku tidak menemukan non Kristin.
“Non.. non Kristin,” panggilku sambil mencari non Kristin.
“Tolong ambilkan handuk di kamarku! Aku tadi lupa nggak membawa,” teriak non Kristin yang ternyata berada di dalam kamar mandi.
“Iya non.”
Akupun pergi mengambilkan handuk di kamarnya. Setelah kuambilkan handuknya “Ini Non handuknya,” kataku sambil menunggu di luar.
“Mana cepat..”
“Iya non, tapi..”
“Tapi apa!! Pintunya dikunci..”
Aku bingung gimana cara memberikan handuk ini pada non Kristin yang ada di dalam. Belum sempat aku berpikir, tiba-tiba kamar mandi terbuka. Aku terkejut hampir tidak percaya non Kristin telanjang bulat di depanku.
“Mana handuknya,” pinta non Kristin.
“I.. ini non,” kuberikan handuk itu pada non Kristin.
“Kamu sudah mandi?” tanya non Kristin sambil mengambil handuk yang kuberikan.
“Be..belum Non.”
“Kalau belum, ya.. sini sekalian mandi bareng sama aku,” kata non Kristin.
Belum sempat aku terkejut akan ucapan non Kristin, tiba-tiba aku sudah berada dalam satu kamar mandi dengan non Kristin. Aku hanya bengong ketika non Kristin melucuti kancing bajuku dan membuka celanaku. Aku baru sadar ketika non Kristin memegang milikku yang berharga.
“Non..,” sergahku.
“Sudah.. Ikuti saja perintahku, kalau tidak mau kulaporkan perbuatanmu dengan bik Miatun pada papa,” ancamnya.
Aku nggak bisa berbuat banyak, sebagai lelaki normal tentu perbuatan Non Kristin mengundang birahiku. Sambil tangan non Kristin bergerilya di bawah perut, bibirnya mencium bibirku. Akupun membalasnya dengan ciuman yang lembut. Lalu kuciumi buah dada non Kristin yang singsat dan padat. Non Kristin mendesah, “Augh..”
Kuciumi, lalu aku tertuju pada selakangan non Kristin. Kulihat bukit kecil diantara paha non Kristin yang ditumbuhi bulu-bulu halus, belum begitu lebat aku coba untuk memegangnya. Non Kristin diam saja, lalu aku arahkan bibirku diantara selakangan non Kristin.
“Sebentar Jon..,” kata non Kristin, lalu non Kristin mengambil posisi duduk dilantai kamar mandi yang memang cukup luas dengan kaki dilebarkan. Ternyata non Kristin memberi keleluasaan padaku untuk terus menciumi vaginanya.
Melihat kesempatan itu tak kusia-siakan, aku langsung melumat vaginanya. Kumainkan lidahku di dalam vaginanya.
“Augh.. Jon.. Jon,” erangan non Kristin, aku merasakan ada cairan yang mengalir dari dalam vagina non Kristin. Melihat erangan non Kristin, kulepaskan ciuman bibirku pada vagina non Kristin. Seperti yang diajarkan bik Miatun, kumasukkan jemari tanganku pada vagina non Kristin. Non Kristin semakin mendesah, “Ugh Jon.. terus Jon..,” desah non kristin. Lalu kuarahkan penisku pada vagina non Kristin.
Bless.. bless.. Batangku dengan mudah masuk ke dalam vagina non Kristin. Ternyata Non Kristin sudah nggak perawan. Kata Bik Miatun seorang dikatakan perawan kalau pertama kali melakukan hubungan intim dengan lelaki dari vaginanya mengeluarkan darah, sedangkan saat kumasukkan penisku ke dalam vagina non Kristin tidak kutemukan darah.
Kutarik, kumasukkan lagi penisku seperti yang pernah kulakukan pada bik Miatun sebelumnya. “Non.. aku.. mau keluar non.”
“Keluarkan saja di dalam Jon..”
“Aggh.. Non.”
“Jon.. terus Jon..”
Saat aku sudah mulai mau keluar, kubenamkan seluruh batang penisku ke dalam vagina non Kristin, lalu gerakanku semakin cepat dan cepat.
“Ough.. terus.. Jon..”
Kulihat non Kristin menikmati gerakanku sambil memegangi rambutku. Tiba-tiba kurasakan ada cairan hangat menyemprot ke penisku. Saat itu juga, aku juga merasakan ada yang keluar dari penisku, nikmat rasanya. Kami berdua masih terus berangkulan, keringat tubuh kami bersatu, lalu non Kristin menciumku.
“Terima kasih Jon kamu hebat,” bisik non Kristin.
“Tapi aku takut non,” kataku.
“Apa yang kamu takutkan? Aku puas.. Kamu jangan takut, aku nggak akan bilang sama papa” kata non Kristin. Lalu kami mandi bersama-sama dengan tawa dan gurauan kepuasan.
Sejak saat itu, setiap hari aku harus melayani dua wanita. Kalau di rumah hanya ada aku dan bik Miatun, maka aku melakukannya dengan bik Miatun. Sedangkan setiap Minggu, aku harus melayani non Kristin. Bahkan kalau malam hari semua sudah tidur, tak jarang non Kristin mencariku di luar rumah, tempat aku jaga dan di situ kami melakukannya.