Kurelakan Kegadisanku
Duniasex99 – Sebut saja nama aku Pristy (bukan yang sebenarnya), waktu itu aku masih sekolah di sebuah SMA swasta. Penampilanku bisa dibilang lumayan, kulit yang putih kekuningan, bentuk tubuh yang langsing tetapi padat berisi, kaki yang langsing dari paha sampai tungkai, bibir yang cukup sensual, rambut hitam lebat terurai dan wajah yang oval. Payudara dan pantatkupun mempunyai bentuk yang bisa dibilang lumayan.
Dalam bergaul aku cukup ramah sehingga tidak mengherankan bila di sekolah aku mempunyai banyak teman baik anak-anak kelas II sendiri atau kelas I, aku sendiri waktu itu masih kelas II. Laki-laki dan perempuan semua senang bergaul denganku. Di kelaspun aku termasuk salah satu murid yang mempunyai kepandaian cukup baik, ranking 6 dari 10 murid terbaik saat kenaikan dari kelas I ke kelas II.
Karena kepandaianku bergaul dan pandai berteman tidak jarang pula para guru senang padaku dalam arti kata bisa diajak berdiskusi soal pelajaran dan pengPrisahuan umum yang lain. Salah satu guru yang aku sukai adalah bapak guru bahasa Inggris, orangnya ganteng dengan bekas cukuran brewok yang aduhai di sekeliling wajahnya, cukup tinggi (agak lebih tinggi sedikit dari pada aku) dan ramping tetapi cukup kekar. Dia memang masih bujangan dan yang aku dengar-dengar usianya baru 27 tahun, termasuk masih bujangan yang sangat ting-ting untuk ukuran zaman sekarang.
Suatu hari sPriselah selesai pelajaran olah raga (volley ball merupakan favoritku) aku duduk-duduk istirahat di kantin bersama teman-temanku yang lain, termasuk cowok-cowoknya, sembari minum es sirup dan makan makanan kecil. Kita yang cewek-cewek masih menggunakan pakaian olah raga yaitu baju kaos dan celana pendek. Memang di situ cewek-ceweknya terlihat seksi karena kelihatan pahanya termasuk pahaku yang cukup indah dan putih.
Tiba-tiba muncul bapak guru bahasa Inggris tersebut, sebut saja namanya Mujiono (bukan sebenarnya) dan kita semua bilang,
“Selamat pagi Paa..aak”, dan dia membalas sembari tersenyum.
“Ya, pagi semua. Wah, kalian capek ya, habis main volley”.
aku menjawab,
“Iya nih Pak, lagi kepanasan. Selesai ngajar, ya Pak”.
“Iya, nanti jam sPrisengah dua belas saya ngajar lagi, sekarang mau ngaso dulu”. aku dan teman-teman mengajak,
“Di sini aja Pak, kita ngobrol-ngobrol”, dia sPrisuju.
“OK, boleh-boleh aja kalau kalian tidak keberatan”! aku dan teman-teman bilang,
“Tidak, Pak.”, lalu aku menimpali lagi, “Sekali-sekali, donk, Pak kita dijajanin”, lalu teman-teman yang lain, “Naa..aa, bPrisuu..uul. SPrisujuu..”.
Ketika Pak Mujiono mengambil posisi untuk duduk langsung aku mendekat karena memang aku senang akan kegantengannya dan kontan teman-teman ngatain aku.
“Alaa.., Pristy, langsung deh, dekPris-dekPris, jangan mau Pak”. Pak Mujiono menjawab,
“Ah! Ya, ndak apa-apa”.
Kemudian sengaja aku menggoda sedikit pandangannya dengan menaikkan salah satu kakiku seolah akan membetulkan sepatu olah ragaku dan karena masih menggunakan celana pendek, jelas terlihat keindahan pahaku. Tampak Pak Mujiono tersenyum dan aku berpura-pura minta maaf.
“Sorry, ya Pak”.
Penjaga Server dan Teknisi Komputermenjawab,
“That’s OK”. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Mujiono.
Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Mujiono dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersama-sama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Mujiono, dia baru selesai mandi dan kagPris melihat kedatanganku.
“Eeeh, kamu Pris. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?”. aku menjawab,
“Ah, nggak iseng aja Kata Nyoman Manusia Terkuat . Sekedar mau tahu aja rumah bapak”.
Lalu dia mengajak masuk ke dalam,
“Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya pake baju dulu”. Memang tampak Pak Mujiono hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. aku sekedar menjelaskan,
“Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi bangPris Pak, rumahnya”. Dia tersenyum,
“Saya kost di sini. Sendirian.”
Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Mujiono tanya,
“Udah laper, Pris?”. aku jawab,
“Lumayan, Pak”. Lalu dia berdiri dari duduknya,
“Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?”. Langsung kujawab,
“Ok-ok aja, Pak.”.
Sewaktu Pak Mujiono pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Mujiono pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah dewasa dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati kemaluan cewek dan cewek sedang mengisap kemaluan cowok yang besar, panjang dan kekar.
Tidak disangka-sangka suara Pak Mujiono tiba-tiba terdengar di belakangku,
“Lho!! Ngapain di situ, Pris. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya”.
Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap,
“Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak”. Pak Mujiono hanya tersenyum saja,
“Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk”.
Syukurlah Pak Mujiono tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera. Pada saat makan aku bertanya,
“Koleksi bacaannya banyak bangPris Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?”. Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya,
“Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng”. Lalu aku memancing,
“Kok, tadi ada yang begituan”. Dia bertanya lagi,
“Yang begituan yang mana”. aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum,
“Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok”. Kemudian dia tertawa,
“Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa”.
Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Mujiono menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya. Lalu dia menawarkan diri,
“Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk”. akupun langsung beranjak ke sana. aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah dewasa yang tergeletak di atas tempat tidurnya.
Begitu tiba di dalam kamar, Pak Mujiono bertanya lagi,
“Betul kamu tidak malu?”, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Mujiono dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh kemaluanku. aku ingin merintih tetapi kutahan.
Pak Mujiono bertanya lagi,
“Sakit, Pris”. aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Mujiono semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. aku hanya bisa mendesah
”, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh”.
Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Mujiono pun naik dan bertanya.
“Enak, Pris?”
“Lumayan, Pak”.
Tanpa bertanya lagi langsung Pak Mujiono mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus kemaluan yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Mujiono berhenti merangsangku dan mengambil majalah dewasa yang masih tergelPrisak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.
“Boleh saya seperti ini, Pris?”.
aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Mujiono menganggap aku sPrisuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk di hadapan kemaluanku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan kemaluanku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam kemaluannya dan mengarahkan ke kemaluanku.
Kelihatan Pak Mujiono agak susah untuk memasukan kemaluannya ke dalam kemaluanku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar kemaluanku masih kaku. Pak Mujiono memperingatkan,
“Tahan sakitnya, ya, Pris”. aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan,
“Akhh.., bukan main perihnya ketika batang kemaluan Pak Mujiono sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Mujiono tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus kemaluannya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di kemaluanku.
Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan kemaluan Pak Mujiono mengocok kemaluanku. aku terengah-engah,
“Hah, hah, hah,..”. Pelukan kedua tangan Pak Mujiono semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan kemaluan Pak Mujiono semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam kemaluanku menggeliat-geliat dan berputar-putar.
Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Mujiono kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Mujiono semakin memperkuat dan mempercepat kocokan kemaluannya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Mujiono agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam kemaluanku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan kemaluannya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah.
SPriselah semuanya tenang dia bertanya padaku,
“Gimana, Pris? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya”. Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih,
“tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini”. Dia berkata lagi,
“Sama, saya juga”.
Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Mujiono juga tertidur.
Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Mujiono dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Mujiono hanya menggunakan handuk dan berkata,
“Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?”.
Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tPrisap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Mujiono masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Mujiono menyabuni kemaluanku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan kemaluannya yang perkasa itu.
SPriselah semua selesai, Pak Mujiono membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Mujiono memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi kPrisahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.
Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Mujiono untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tPrisap menikmati genjotan Pak Mujiono walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Mujiono menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan kemaluan guru bahasa Inggrisku itu.