Masalahku Dan Ibu Mertua
Cerita Sex ini berjudul ”Masalahku Dan Ibu Mertua” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Duniasex99 – Hidup di Villa Mertua Indah bersama istri yang sedang mengandung dan mertua yang menjanda memang kadang menimbulkan masalah. Apalagi bila ibu mertua berani menggoda menantunya untuk mengobati kesepiannya. Agen Nova88
Aku tidak tahan lagi ingin menceritakan semua ini. Aku punya masalah yang sangat jarang terjadi. Aku sudah lama terjerat kasus ini dan selalu berusaha lepas tetapi selalu aku kembali terjerat dengan masalah ini seperti orang kecanduan. Situs Judi Bola Nova88
Inti persoalannya adalah ibu mertuaku. Aku sudah menikah selama hampir 15 tahun dan dikaruniai 4 anak yang luculucu. Sudah lama sebelum aku menikah dengan istriku ibu mertuaku sudah berstatus seorang janda yang relatif masih cantik dan memang kuakui tubuhnya menggairahkan.
Pada awal pernikahanku dengan istriku Yanti, segalanya begitu baik. Ibu mertuaku memang selalu berpakaian sopan dan tidak pernah menunjukkan halhal yang tidak baik. Tingkah lakunya selalu santun penuh sabar dan banyak memberikan pemikiran yang baik dan memang ibu mertuaku banyak disukai ibuibu RT di sekitar rumahnya.
Aku akui sampai sekarang memang aku belum mampu mempunyai rumah sendiri, sehingga sejak awal pernikahanku aku tinggal di rumah mertuaku. istriku adalah dua bersaudara, kakaknya juga perempuan ikut suaminya di pulau lain, sehingga memang ibu mertuaku kasihan kalau tinggal di rumah sendiri tanpa ada yang menemani.
Pada waktu itu memang aku selalu hormat pada ibu mertuaku dan aku juga cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah ibu mertuaku sehingga aku cepat diterima sebagai warga yang baik di situ.
Pada waktu itu aku sudah kerja di usaha garment. Letak kantor dan rumahku yaitu rumah ibu mertuaku sangat jauh, boleh dikatakan berbeda kota, sehingga aku selalu harus berangkat ke kantor pagipagi subuh. Hal ini memang sudah menjadi rutinitas seharihari yang wajar.
Hari demi hari berjalan wajar dan istriku mulai mengandung anakku yang pertama. Setiap pagi apabila aku bersiapsiap pergi ke kantor selalu istriku belum bangun, bahkan sampai aku berangkat biasanya dia belum bangun. Tetapi ibu mertuaku selalu sudah bangun dan sudah rapi, dan membantuku dengan menyiapkan sarapan. Semuanya berjalan baik.
Sampai suatu pagi ketika aku bangun tidur, ibuku biasanya baru selesai mandi dan beresberes rumah. Tetapi tidak seperti biasanya, sekali ini kulihat ibu mertuaku keluar dari kamar mandi hanya memakai kimono yang ketat. Peristiwa itu memang tidak terlalu menjadi perhatianku karena dia adalah ibu mertuaku.
Besoknya terjadi hal yang sama, ibuku keluar dari kamar mandi pada saat aku baru bangun dan duduk di ruang tengah, dan sekali ini belahan tengah kimono di dada agak sembarangan di tutup sehingga agak terbuka sedikit. Yang mengkhawatirkan adalah hal ini mulai mempengaruhi pikiranku, tetapi aku selalu berhasil mengusirnya. Anehnya peristiwa seperti ini, aku baru bangun dan ibu mertuaku yang ceroboh selalu terulang.
Dan yang lebih lagi beberapa minggu kemudian pada saat aku baru bangun ibuku seperti biasa keluar dari kamar mandi dan seolah menjadi kebiasaan aku selalu mencuricuri lihat ke tubuh ibu mertuaku. Tapi sekali ini ibuku hanya memakai handuk yang dilingkarkan ke tubuhnya. Dan jelas handuk tersebut terlalu pendek untuk menutupi semua kulit putih mulus milik ibu mertuaku. Aku akui memang ibu mertuaku masih terbilang muda atau orang mengatakannya awet muda.
Ibu mertuaku hanya senyumsenyum tanpa bersalah lewat di depanku dan masuk ke kamarnya. Adegan handuk ini kembali menjadi rutin yang seolaholah berbalasbalasan antara ibu metuaku yang sedikitsedikit seolah berusaha menunjukkan dan aku yang sedikitsedikit berusaha mencuri lihat.
Sampai suatu hari seperti biasa ibuku lewat di depanku dan masuk ke kamarnya dan memang pintu kamarnya tidak pernah di tutup rapat, selalu dibiarkannya agak rengga sedikit, seolaholah lupa. Dan di dalam kamar ketika ibu mertuaku ganti baju di balik pintu sekalisekali ibuku berjalan di kamarnya dari satu ujung ke ujung yang lain untuk mengambil sesuatu yang ketingalan di lemari, dengan hanya memakai celana dalam dan BH. Seolaholah tidak ada yang melihat, tetapi kadangkadang aku menangkap sudut matanya yang sekejap melihat seperti ingin tahu apakah aku memperhatikannya atau tidak.
Kadangkadang di dalam kamarnya itu ibuku memijitmijit kakinya yang memang mulus, seperti pegal atau apa aku tidak tahu. Sambil duduk di pinggir tempat tidur dan masih memakai handuk di tubuhnya ibuku memijitmijit kakinya dan kadangkadang mengangkatnya sedikit, dan kadangkadang seperti tidak sengaja agak merenggangkan pahanya sehingga aku dapat melihat celahcelah di antara pahanya dalam kegelapan tertutup handuk. Kadang aku seperti melihat lirikan mata ibu mertuaku sekejap dan seolah merasa puas kalau mengetahui bahwa aku berusaha melihatnya di celah pintu yang agak renggang. Kejadian ini berulang. Dan keadaan seharihari memang tidak ada perubahan sehingga istriku juga tidak mengetahui apaapa, terutama juga ibu mertuaku bertingkah laku biasa dan memang tidak ada apaapa. Namun pikiranku melekat padanya dan tidak bisa melupakan kejadiankejadian tiap pagi.
Kadangkadang sambil memijit kakinya tibatiba ibu mertuaku mengangkat kakinya sebelah ke atas tempat tidur dalam posisi masih duduk di pinggir tempat tidur, sehingga terlihatlah segalanya walau hanya sebentar kemudian kakinya diturunkan lagi. Dan memang apabila keluar dari kamar mandi ibu mertuaku tidak pernah memakai baju dalam karena semua pakaiannya ada di kamar tidurnya. Dan setelah selesai berpakaian, ibu mertuaku selalu senyum dikulum, seolah senang melihatku setengah mati berjalan membungkukbungkuk dan aku melepaskan segalanya di kamar mandi.
Kejadian bermacammacam sering terjadi dan segalanya jadi tidak wajar lagi. Kalau aku bersenggolan dengan ibu mertuaku selalu ada perasaan berdesir dan berdebar, tapi ibu mertuaku cuekcuek saja. Demikian berlangsung terus aku sering tidak sengaja menyenggol ibu mertuaku dan ibu nertuaku kadangkadang tidak sengaja menyenggolku, demikian terus sampai anakku lahir dan sampai ketika anakku berumur 4 bulan.
Pada suatu hari aku pulang kantor pagipagi karena aku akan mendapat shift malam karena ada order mendesak. Di rumah hanya ada ibu mertuaku karena istriku sedang pergi ke rumah uwaknya bersama anakku. Dan biasanya kalau istriku ke rumah uwaknya maka bisa sampai sore baru pulang. Aku memang berencana untuk membetulkan kabel listrik di rumahku yang masih kurang untuk lampu depan. Ketika aku berusaha memasang kabel yang ditembok di kamar kulihat ibu mertuaku sedang memasukkan bajubaju yang baru diseterika ke dalam lemari siteriku. Secara insting saja aku mengambil kabel di tembok di belakang lemari yang bergelantungan yang sudah kulepas dari atas dan secara tidak sengaja lenganku menyentuh bagian depan atas dada ibu mertuaku. Aku agak terkejut dan berusaha menarik tanganku tetapi batal karena anehnya ibu mertuaku tidak berusaha menggeser badannya supaya aku tidak terhalang, dan kembali sibuk dengan baju yang sudah diseterika.
Aku juga seperti purapura tidak tahu dan menariknarik kabel itu sedemikian rupa sehingga lenganku bergesekan dengan dada ibu mertuaku. Jantungku berdebardebar kencang, dan ibu mertuaku juga kulihat hanya membolakbalik baju yang sudah di lemari tanpa tujuan. Tibatiba ibu mertuaku memandangku tajam, hanya sebentar kemudian kembali sibuk dengan bajubaju di lemari.
Perlahanlahan kutarik tanganku dan kupindahkan ke pundaknya untuk merangkulnya. Aku yakin ibu mertuaku bisa mendengar betapa jantungku berdegupdegup keras dan aku agak gemetaran. Ketika perlahan kurangkul, ibu mertuaku tidak bergeser atau berpaling, dia tetap saja sibuk dengan bajubaju di lemari.
Posisi berdiriku sekarang sedemikian rupa jadi berada agak di belakang ibu mertuaku dengan satu tangan merangkul pundaknya. Aku memandangi leher putih ibu mertuaku dari belakang, dan aku tidak tahan tibatiba kupeluk ibu mertuaku dan kuciumi tengkuknya bertubitubi. Aku tidak perduli ibu mertuaku merasakan tonjolan keras yang merapat di belakangnya karena aku memang sudah tinggi. Ibu mertuaku tibatiba bergerak menghindar dan pergi serta mengatakan, Jangan Dang.., sedikit ketus, tanpa memandangku. Ibu mertuaku kembali ke ruang tengah tempat dia sedang menyeterika bajunya.
Keadaan dalam rumah memang sepi dan semua pintu tertutup sedangkan jendela depan dengan gorden tipisnya tidak bisa dilihat orang dari luar. Aku sudah demikian tinggi dan seperti kerasukan setan sudah tidak perduli dengan kaidah apapun. aku purapura ke dapur seolaholah mengambil sesuatu di dapur dan kembali ke ruang tengah dari arah belakang dari ibu mertuaku. Aku pandangi tubuh ibu mertuaku dari belakang, dan memang tubuhnya indah sekali di balik baju dan rok yang ketat yang dikenakannya.
Aku pegang pundaknya dari belakang dan pelanpelan kuusapusap pundaknya, dan ibu mertuaku diam saja, kemudian tanganku pelanpelan kulingkarkan di perutnya, ibu mertuaku kupeluk dari belakang. Aku ciumi kembali tengkuknya dengan lembut, dan sekali ini aku dapat merasakan bahwa ibu mertuaku juga berdebardebar sama seperti keadaanku. Ibu mertuaku berkata berkalikali Jangan Dang.., namum sekali ini tidak ketus tetapi seperti berbisik dan suaranya agak gemetar.
Tanganku aku naikkan ke dada ibu mertuaku sambil tak hentihentinya aku menciumi leher ibu mertuaku yang putih mulus. Aku remasremas dadanya dan ibu mertuaku tidak melawan malahan badannya agak menggeliatgeliat dan berkalikali berbisik Dadaanng.. Dari situ tanganku terus berpindah ke bawah dan masih dalam posisi memeluk dari belakang. Keadaan itu terus memanas dan akhirnya terjadilah semuanya di situ di sofa dekat meja seterikaan, aku menyetubuhi ibu mertuaku dan ibu mertuaku membalasnya dengan lebih panas.
Demikianlah awal kejadiannya. Pada mulanya aku selalu menyesal atas perbuatan yang baru saja kami lakukan tetapi seperti daya magnet yang kuat, kejadian itu selalu berulang kembali.
Kami berkalikali melakukan diamdiam dan selalu istriku atau tetanggatetangga kami tidak ada yang mengetahuinya, dan ibu mertuaku begitu pandai menutupi segalanya seolah tidak ada kejadian apaapa. Aku banyak belajar dari ibu mertuaku bagaimana menutupi dan berlatih bersabar untuk tidak melakukan kesalahan apapun di depan orang lain. Bagi orang luar yang melihatnya hubungan kami terlihat wajar, keluarga kecil yang hidup serasi bersama ibu mertuanya.
Pada setiap kesempatan aku hanya berdua dengan ibu mertuaku selalu saja seolaholah kami tidak mau menyianyiakan waktu dan melakukannya dengan keras dan sangat cepat agar cepat selesai. Keadaan sembunyisembunyi ini seolah merasuki kami dan membuat ketagihan. Bahkan ketika kami semua di rumah dan istriku pergi sebentar untuk berbelanja di ujung gang rumah kami atau pergi sebentar ke rumah teman, kami segera melakukannya dengan posisi berdiri atau di tempat cuci piring ibu mertuaku membungkuk dan posisiku dari belakang, kadang tanpa membuka baju kami dan hanya dibuka di daerah tertentu secukupnya. Bahkan kadang ibu mertuaku tidak melepas baju atau apapun dan hanya aku singkapkan celana dalamnya ke samping sedikit tanpa dilepas. Kalau aku bandingkan yang aku lakukan bersama ibu mertuaku bahkan lebih gila dari pada melakukannya dengan istriku. istriku tidak pernah mau melakukan posisi 69, tetapi ibu mertuaku paling suka kalau permainan pembukaanya dengan 69. Hampir segala macam posisi sudah aku lakukan bersama ibu mertuaku, yang tidak pernah kulakukan bersama istriku. Tapi memang aku tidak pernah menuntut apapun dari istriku.
Dulu kadangkadang aku dan ibu mertuaku senyumsenyum berdua dalam kegiatan seharihari atau kadang aku berbisik yang agak porno dan ibu mertuaku mencubitku dengan keras. Kadangkadang dalam kesempatan duduk bersama di meja makan, tanganku bergerilya di bawah meja tanpa setahu istriku dan anakanak, tetapi hal seperti ini sangat jarang aku lakukan karena aku dilatih untuk bersabar dan tidak melakukan halhal yang tidak perlu.
Kalau dipikirpikir aku melakukan hal itu dengan ibu mertuaku hampir di seluruh pelosok rumah pernah kami lakukan, mungkin ini karena selalu keadaanya darurat sehingga kami tidak memilihmilih tempat. Sepertinya aku menikmati itu semua, tetapi juga aku ingin lepas dari itu semua. Tapi anehnya hubunganku dengan ibu mertuaku dan istriku seharihari seperti tidak ada perubahan sedikitpun.
Pada awalnya hampir setiap minggu aku dan ibu mertuaku melakukannya minimum satu kali, dan yang paling nekad adalah ketika malam hari aku terbangun dan diamdiam pindah ke kamar ibu mertuaku dan melakukan segalanya, seolaholah aku yakin istriku tidak akan terbangun, dan anehnya memang istriku tidak terbangun.
Kadangkadang memang hampir ketahuan oleh istriku tetapi selalu aku atau ibu mertuaku menemukan katakata yang tepat untuk alasan atau membelokkan perhatian dan menutupi kejadian sesungguhnya. Kami seperti orang yang kerasukan, bahkan dalam perjalanan ke luar kota atau di rumah saudara kami sempat melakukannya di kamar mandi atau di manapun ada kesempatan hanya berdua dan tidak mencurigakan.
Sampai sekarang anakku sudah empat tetapi sekalisekali kalau ada kesempatan aku dan ibu mertuaku melakukannya kembali. Ibu mertuaku selalu memujimuji aku dan mengatakan aku hebat dan dia selalu terpuaskan dan klimaks. Aku tidak tahu apakah rasa puas ibu mertuaku adalah karena punyaku yang memang agak besar atau karena kondisi pesikologis kami yang melakukannya diamdiam sambil agak takuttakut yang membuat kami memang ingin cepatcepat selesai setiap kali melakukannya. Dan kami seperti keranjingan atau ketagihan akan hal ini.
Tapi di samping itu semua aku tetap tidak bisa lepas dari rasa bersalah dan rasa berdosa yang selalu juga menghantuiku. Berkalikali aku ingin lepas dari kebiasaan semua ini. Bahkan aku pernah ketus dan tegas menolak ibu mertuaku. Tetapi selalu dia dengan lemah lembut membujukku dan mengatakan apakah aku tidak kasihan kepadanya yang selalu membutuhkan itu. Dan aku demikian lemahnya sehingga selalu kembali terjebak dengan melakukan itu lagi.
Kadang aku marah pada diri sendiri, tetapi pada saat aku ingin melakukannya selalu lupa pada segala pemikiran ini dan selalu kembali melakukannya lagi.
Maafkan aku kalau aku cerita terlalu detail, karena aku masih dalam keadaan seperti keranjingan atau ketagihan dan seperti kerasukkan kalau mengenang segala detail itu. Kadang ini juga mengganggu kerjaku tetapi untunglah tidak ada halangan apapun.
Bagaimana caranya lepas dari semua ini. Aku sadar bahwa kami tidak bisa meninggalkan ibu mertuaku sendiri di rumahnya tetapi aku juga sadar dan berpikir tentang masa depan keluargaku dan anakanakku. Apa yang sebaiknya aku lakukan.