Menikmati Tubuh Montok sepupu Toge

DuniaSex99July 23, 2018

Cerita Sex ini berjudul ”Menikmati Tubuh Montok sepupu Toge” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.

 

Duniasex99 – Kisah ini berawal sewaktu aku masih kuliah di Kota M.. sekitar 8 tahun lalu.. dan sekarang umurku sudah 29 tahun dan masih membujang.

Kisah ini adalah benar-benar nyata dan bukan fiktif. Semua nama dalam kisah ini adalah nama samaran.

Setelah menamatkan SMA di kota kelahiranku.. aku –Erick– melanjutkan pendidikanku di salahsatu PT negeri di Kota M.
Awalnya aku tinggal sendiri –kost– di suatu tempat yang agak jauh dari kampus tempat aku kuliah.. karena hanya di tempat itu aku mendapatkan rumah kost yang relatif lebih murah dari tempat yang lain.

Setelah kuliah selama hampir setahun.. aku berlibur kembali ke kota kelahiranku.
Selama liburan tersebut.. aku dikenalkan oleh keluargaku dengan salah seorang saudara sepupuku yang ternyata juga tinggal di Kota M tempat aku kuliah.
Namun karena tidak saling kenal baik.. walaupun masih saudara dekat.. kami saling tidak mengetahui kalau kami berada satu kota selama ini.

Saudara sepupu ini.. sebut saja kak Rini.. sebelum menikah dengan Mas Tanto.. lahir dan besar di kota Jakarta bersama orangtuanya.. keluarga Tante Ade.
Selama 2 tahun pernikahannya dan menetap di kota M.. kak Rini belum dikaruniai anak.. mungkin disebabkan karena kesibukan mereka berdua.. kak Rini yang seorang karyawan bank swasta dan Mas Tanto yang seorang dosen.

Saat perkenalan itu Rini telah berusia 26 tahun.. 5 tahun lebih tua dariku.. dan Mas Tanto berusia 34 Tahun.
Keberadaan kak Rini di kota kelahiranku dalam rangka mengunjungi kakek dan neneknya yang juga masih saudara dengan nenekku.

Selama liburan kami.. aku lebih banyak menemani kak Rini keliling kota dan antar jemput mengunjungi keluarga yang lain.. Mas Tanto tidak datang menemani berlibur.
“Dik Erick rencana balik ke Kota M.. kapan..?” Tanya kak Rini sewaktu aku mengantarnya pulang ke rumah neneknya dari belakang sadel boncengan motor milik kakakku.
“Mungkin seminggu lagi..” Jawabku sambil mencoba merasakan sentuhan payudaranya di punggungku.

Perlu pembaca ketahui.. dengan tinggi sekitar 168 cm dan berat ideal.. ukuran dada 34B dengan wajah cantik dan manis serta kulit putih mulus yang ditumbuhi bulu-bulu halus sensasional.. membuat aku tidak merasa bosan dan capek menemani kakak sepupuku yang cantik ini keliling kota.. atau mengantarnya menemani ke mana saja dia pergi.

“Kalau begitu.. pulangnya dengan saya saja.. ya..!?” Katanya seperti berbisik di telingaku karena derasnya angin karena laju kendaraan.
“Terserah kakak aja deh..” kataku menyepakati ‘perjanjian’ itu.
——-

Seminggu setelah itu.. kami pun berangkat pulang bersama naik kapal laut ke Kota M selama satu hari satu malam perjalanan.
Rencananya.. setiba di Kota M.. aku akan diperkenalkan ke suaminya dan sekalian mengajak aku tinggal bersama mereka.. –selama ini mereka hanya tinggal berdua di kompleks perumahan– karena rumah mereka masih cukup besar untuk ditempati hanya berdua saja.

Singkat cerita.. aku pun diperkenalkan ke Mas Tanto yang mau menerimaku dengan senang hati.. dan aku pun mengemasi semua barangku dari tempat kostku ke rumah mereka.
Dan di sinilah awalnya cerita petualangan seksku dengan kak Rini.

Sebagai wanita cantik dan menarik.. aku pikir semua lelaki akan terpesona oleh daya tarik sensual saudara sepupuku ini.
Akupun merasakannya sejak pertama kenalan.. menemaninya selama liburan berkeliling kota.. dan terlebih selama perjalanan dengan kapal laut kembali ke Kota M.

Masih teringat waktu pertamakali berjabatan tangan.. dengan senyum manisnya dia memperkenalkan diri.
Wajahnya mirip dengan salahsatu penyiar acara kriminal di salah satu stasiun TV swasta.
Aku merasakan sentuhan lembut jemarinya waktu aku memegang tangannya.. sentuhan sensasional di kulitku ketika bersentuhan dengan tangannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus..

Aroma tubuh dan rambutnya waktu berjalan berdampingan.. juga hembusan nafasnya kalau berbicara padaku yang kadang-kadang terlalu dekat dengan wajahku.. pokoknya semua sensasi yang dimilikinya membuat aku berdebar dan membuat aku konak.
Aku tak tahu.. –pada waktu itu– apakah hal itu disengaja atau tidak.. –setelah beberapa tahun aku tahu ternyata itu dia sengaja untuk memancing responku menurut pengakuannya..–
Yang jelas selama liburan aku belum berani menunjukkan reaksiku.
Nanti, setelah kejadian di atas kapal laut yang membawa kami ke Kota M.. baru aku berani menunjukkan ‘keberanianku’ pada kak Rini.. walau dengan jantung dag dig dug..

Di atas kapal laut yang sesak karena penumpang yang banyak.. kami mendapatkan tempat yang lumayan ’strategis’.. walaupun itu bukan tempat yang telah kami bayar untuk perjalanan kami.
Bersama dengan beberapa penumpang lain.. –yang agak lanjut usia dengan kebanyakan wanita..– kami menempati sebuah sudut ruang kapal yang agak panas.. hal itu membuat kami kegerahan.

Menjelang tidur malam.. kak Rini dengan memakai kemeja yang di dalamnya dilapisi kaos oblong tanpa lengan dengan celana jeans.. terlihat mulai mengatur tempat untuk tidur di sudut merapat ke dinding ruang.. sedangkan aku dengan kaos oblong juga dan celana pendek selutut.. berada di antara kak Rini dengan penumpang lain.
Sebelum tidur kak Rini membaca sebuah majalah dan aku mengisi TTS.
Setelah membaca majalah kak Rini sudah tak tahan lagi kantuknya dan tertidur.. sedangkan aku melanjutkan mengisi TTS dan membaca majalah.
Tak lama sesudahnya lampu di ruangan itu dipadamkan.. mungkin karena penumpang lainpun sudah ingin memejamkan mata..

Walaupun masih ada lampu yang menyala di tengah ruangan.. tapi tidak cukup untuk menerangi tempat aku membaca majalah.. akupun bersandar sambil duduk berusaha untuk tidur.
Tapi karena udara yang agak panas dan menggerahkan.. mataku susah terpejam.
Kak Rini pun bangun dan melepas kemejanya.. –tinggal kaos oblong..– dan kemejanya itu dipakai untuk menyelimuti badannya sambil tidur.

Sewaktu kak Rini melepas kemejanya dengan jarak sekitar 15 cm dari hidungku.. aku bisa merasakan aroma tubuhnya yang terpancar dari ketiaknya sewaktu lengannya bergerak melepas kemejanya.
Aroma itu campuran aroma keringat dan sisa parfumnya.. dan itu membuatku benar-benar melayang membayangkan aroma tubuh yang sensasional seperti itu.
Dan di ketiaknya yang putih aku sempat melihat secara samar rambut halus hitam yang semakin membuatku ingin merasakan langsung aroma ketiaknya.

Hmm.. tak sadar aku memperbaiki posisi ‘junior’ di celana pendekku.. dan hal itu terlihat oleh kak Rini.
“Belum tidur.. Rick..?” Tanyanya berbisik sebelum berbaring di sampingku.
“Belum nih, duluan aja..” Jawabku sambil menatap matanya.
Kak Rini pun akhirnya berbaring dengan memiringkan badannya ke arahku.. sehingga kepalanya dengan pahaku hanya berjarak sekian senti.

Akupun terus berusaha tidur sambil duduk karena mataku belum mau terpejam.
Embusan nafasnya terasa menggelitik paha kiriku bagian luar.. dan mungkin saja Rini tahu kalau penisku lagi tegang karena celana pendekku di sekitar penisku agak menonjol berdiri.

Setelah capek duduk dan mataku terasa mulai berat dengan angin laut yang mulai bertiup sepoi-sepoi.. akupun berbaring di sisi kak Rini.
Saat aku mengambil posisi baring.. kak Rini memberiku sedikit ruang sambil mengangkat lengan kanannya.. dan lagi-lagi tercium aroma tubuh yang makin membuatku tegang.

Walaupun aku masih berbaring terlentang dan kak Rini sedikit condong ke arahku.. aku bisa merasakan bahwa kepalaku tepat berada di bawah ketiaknya.. karena aku merasakan lengan kak Rini ada di atas kepalaku.
Kantukku pun langsung hilang karena ‘posisi’ yang menguntungkan ini.. aku bisa mengarahkan mukaku ke arah kak Rini dan ketiaknya sudah pasti ada di mukaku.
Aku coba untuk diam.. namun rangsangan yang timbul dari aroma tubuh kak Rini yang perlahan mulai tercium membuat aku gelisah.

Baca Juga :   Rekan Bisnisku Memilik Anak Gadis Bahenol

Lama setelah itu.. sewaktu aku merasakan nafas kak Rini yang beraturan menerpa wajahku.. baru aku perlahan-lahan mengarahkan wajahku ke bawah ketiaknya dan .. Hmm.. aroma itu benar-benar membuat aku makin tak beraturan untuk bernafas.. antara rasa senang.. takut kak Rini marah dan rangsangan yang terus membuat jantungku berdebar.
Dengan jarak cuman sekitar 3 – 4 cm antara hidungku dan ketiak putih itu kak Rini pasti bisa merasakan kegelisahanku.. tapi mungkin dia sudah nyenyak sampai tidak merasakan embusan nafas dan sentuhan ujung lidahku di ketiaknya.

Ketika aku sudah tak tahan lagi.. dengan jantung berdegup kencang perlahan aku mengambil jaket tebalku untuk menutupi celanaku yang semakin menonjol karena desakan penisku – +15 cm..– sambil memiringkan badan ke arah kak Rini.. sehingga penisku merapat di paha kak Rini yang berbalut jeans dengan hidungku dan bibirku yang telah menempel di ketiaknya.
Aku mencoba menahan nafasku yang memburu sambil melanjutkan jilatanku yang makin berani ke arah pangkal payudaranya.
Semua itu aku lakukan dengan sangat hati-hati.. takut membangunkan kak Rini.. dan dia nampaknya masih seperti semula dengan nafas yang masih beraturan.

Dengan perlahan aku membuka kancing tarik celanaku.. menyampingkan CD-ku lalu kutarik penis yang sudah sangat tegang keluar.
Meski hanya kepala penis dan sebagian batangnya yang bisa keluar dari celanaku.. aku elus-eluskan di paha kak Rini sampai aku merasa ada cairan bening keluar.. –cairan lubrikasi, bukan sperma yang kental– dan menempel di celana jeansnya.
Mungkin aku akan terus menggesek-gesekkan kepala penisku sampai aku ejakulasi.. kalau saja kak Rini tidak bergerak sedikit menjauh dari tubuhku.

Kejadian itu berakhir sampai di situ.. dan sewaktu bangun kak Rini tidak bicara soal tersebut.. cuma ada sedikit ada rasa canggung di antara kami.. sampai kami turun dari kapal dan tiba di rumah.
——–

Sejak tinggal bersama kak Rini dan suaminya aku mencoba untuk ‘menjadi adik yang baik..’
Aku coba membuang semua pikiran jorok di kepalaku tentang kak Rini dan mencoba menghindari kak Rini dengan banyak beraktivitas di kampus atau di luar rumah.

Sampai suatu saat.. Mas Tanto mengambil Tugas Belajar ke Filipina selama 1 tahun.
Empat bulan setelah tinggal di rumah kak Rini.. Mas Tanto berencana akan berangkat ke Filipina.. dan selama itu aku mencoba menjaga jarak dengan kak Rini.. walaupun dia tetap baik dan ramah kepadaku.

Kalau tidak ada kegiatan di kampus atau di tempat lain.. aku banyak berkurung diri di kamar.. dan kamipun bertiga cukup sibuk dengan urusan masing-masing.. sehingga hanya waktu-waktu tertentu saja.. –Sabtu/Minggu..– baru ketemu atau kumpul bersama.
Usahaku untuk menghindari berdekatan dengan kak Rini adalah untuk membantu menghilangkan pesona sensualitasnya yang sering aku rasakan kalau berada di dekatnya.

Dan hal ini juga didukung karena kak Rini sering berangkat pagi dan pulang kerja sore.. –aku biasanya yang paling akhir meninggalkan rumah..– dan paling lambat tiba di rumah.
Satu-satunya yang paling sering menggodaku adalah pakaian-pakain kotor.. –terutama pakaian dalam kak Rini– yang baru habis dipakainya yang ditumpuk dalam keranjang pakaian di dekat kamar mandi.

Seringkali saat bangun pagi jam 08.00.. –kuliah agak siang– aku ‘memeriksa’ pakaian-pakaian tersebut –saat mereka telah berangkat kerja..–
Aku sering mendapati pakaian kerjanya yang kemarin dan pakaian tidurnya semalam masih menyisakan aroma tubuh dan parfumnya..
Terlebih lagi celana dalamnya menyisakan cairan vaginanya yang harum.. –belakangan aku tahu vaginanya memang harum saat aku mengoralnya..– dan sering aku ciumin dan jilati sambil beronani.
Karena fantasi tersebut akan sampai sering menumpahkan spermaku di celana dalamnya atau pakaian kerjanya.. –tiap Sabtu baru dicuci–.. dan sewaktu pertamakali memuncratkan spermaku di CD-nya aku takut kak Rini tahu dan memarahiku.

Tapi sewaktu dia mencucinya pada hari Sabtu dia sepertinya tidak tahu.. atau pura-pura tidak tahu kalau spermaku sudah bercampur dengan sisa-sisa cairan vaginanya.. –kadang cairan vaginanya masih basah..–
Dan setelah Mas Tanto memberi tahu rencananya untuk ke Filipina lantas menyuruhku untuk menjaga kak Rini.. maka di rumah aku semakin.. akhh.. berdebar-debar.
Inilah awal yang menjadikan aku tahu kalau kak Rini ternyata memiliki hasrat dan gairah seks yang tinggi serta mengajariku fantasi-fantasi bercinta.

Hubungan kami ini telah berlangsung sampai 8 tahun dan kami sepertinya orang yang masih pacaran walaupun dia telah bersuami.
Satu hal lagi.. adalah kesukaanku mengintip aktivitas kak Rini bila berada di rumah.
Kalau malam hari saat tidur dengan suaminya.. aku sering mendengar erangan-erangan bercinta mereka. Bahkan aku pernah onani di depan kamarnya yang aku buka sedikit pintunya.. dan aku melihat kak Rini lagi tidur di kamarnya dengan pakaian tipis dan seksi.. –saat itu suaminya belum pulang dari kantornya..–

Lalu berapakali kejadian-kejadian tak terduga yang membuat aku sakit kepala bila membayangkannya karena ingin segera merasakan bercinta dengan kak Rini.
Tiba saatnya Mas Tanto berangkat ke Filipina.. aku dan kak Rini mengantarnya ke Bandara.. selanjutnya kak Rini langsung berangkat ke kantornya sedangkan aku balik ke rumah.. karena hari itu aku tidak ada perkuliahan atau kegiatan lainnya di luar rumah.

Setiba di rumah aku langsung memeriksa keranjang tempat pakaian kotor kak Rini.
Di situ aku mendapati beberapa potong celana dalam dan BH kak Rini dan daster yang dipakainya semalam.
Seperti biasa.. aku mulai menciumi celana dalam kak Rini yang meninggalkan sedikit cairan vaginanya sambil mulai membayangkan aku menciumi vagina kak Rini sambil mulai beronani.

Aku buka semua pakaianku dan memakai celana dalam kak Rini yang lain sambil meremas-remas penisku di dalam celana dalam itu.
Ketika asyik beronani.. tiba-tiba telepon berdering.. ternyata dari kak Rini yang menanyakan apakah aku telah tiba di rumah atau belum.
Aku berusaha untuk mengajaknya bicara lama di telepon sambil terus meremas penisku.. membayangkan sedang bercinta dengannya.

Suaraku kedengaran parau karena rangsangan yang timbul.. tetapi kututpi dengan berusaha mengajak bercanda kak Rini..
“Jam berapa baliknya nanti kak Rin..?” tanyaku..
“Seperti biasalah.. kenapa emang..!? Kangen ya sama aku..?” Balasnya bercanda..
“Nggak kok.. cuman mau menjalankan tugas dengan baik.. menjaga dan mengantar jemput kakak..”
Jawabku dengan suara gugup.. karena aku semakin terangsang mendengar suara lembut kak Rini..

“Kamu kenapa..? kok suaramu parau begitu..!?”
Aku cuma menjawab.. “Masih ngantuk nih.. habis bangun pagi-pagi nganterin Mas Tanto..”
Jawabku bohong.. dan.. “Akhh..” Aku mencapai klimaks.

“Udahan dong.. aku mau tidur lagi.. nanti aja aku jemput..” Kataku kelelahan karena karena spermaku telah tertumpah di celana dalam kak Rini..
“Ya deh.. aku tunggu.. awas kalau nggak jemput..” Katanya mengakhiri pembicaraan kami.
Segera kusimpan kembali celana dalam kak Rini di keranjang cucian..
Aku benar-benar puas onani kali ini.. karena baru kali ini aku onani disertai dengan mengobrol dengan kak Rini.. walaupun hanya di telepon.

Setelah kejadian itu selama dua minggu pertama keberangkatan suaminya ke luar negeri tidak ada kejadian istimewa yang terjadi.
Aku hanya sesekali onani karena aku sering berada di luar rumah.. –kalau sore atau malam baru balik ke rumah– dan mengantar jemput kak Rini kalau aku tidak ada kegiatan.
Setelah mengantar atau menjemput kak Rini.. aku biasanya melanjutkan kegiatanku di kampus atau di luar rumah.. dan kalau balik ke rumah aku sering mendapati kak Rini telah tidur di dalam kamarnya.. sehingga kami tidak sempat ngobrol.

Sampai pada suatu malam.. ketika aku pulang dari kegiatan dengan teman-teman kampusku selama tiga hari.. –praktis aku tidak bisa menemani dan bertemu kak Rini– di luar kota.
Setelah menyimpan motor di garasi samping rumah aku lihat lampu ruang tengah masih menyala.. kulihat kak Rini menonton acara tv sambil tiduran di sofa.

Baca Juga :   Pengalaman Sex Saat SMP Bersama Om

Rasa kangen makin menjadi-jadi setelah tiga hari tak bertemu dan melihat kak Rini mengenakan dasternya yang menurutku sangat seksi.
Dasternya berwarna kuning tua.. –serasi dengan kulitnya yang mulus– dengan lengan yang agak pendek dengan lubang lengan yang agak besar.. sehingga aku bisa melihat tali BH nya yang berwarna putih dari ketiaknya.

Aku memeluk ringan.. –sudah biasa..– namun kali ini aku sedikit nakal dengan memberi ciuman tipis di telinganya.. –aku belum berani sun bibir–
“Baik-baik aja kan kak..!?” sapaku sambil merapat ke tubuhnya sambil memegang bahunya.
“Iya nih.. cuman agak kesepian sendiri..!” Jawabnya sambil tersenyum manis.
“Kan Mas Tanto baru dua minggu lebih perginya..!?” Kataku menggoda.
“Iihh.. kamu bisa aja.. awas ya aku laporin ke Mas kalau kamu nggak jagain aku selama tiga hari..!” Jawabnya sambil mengancam dan mencubit pinggangku..

“Kan cuman tiga hari.. tapi nggak lagi kok.. sudah selesai kegiatannya..” Kataku mencoba menetralisir suasana yang sudah mulai membuat aku ngeres.
“Ok deh.. tapi mandi sana.. bau tuh..!!” katanya mengejek aku.

Aku lantas mandi dan mengisi perut yang sudah daritadi minta diisi.
Sambil makan.. aku membayangkan bagaimana rasanya kalau aku bercinta dengannya malam ini. Membayangkan itu.. aku makin tambah gelisah dan aku cepat-cepat menghabiskan makananku dan menemani kak Rini menonton acara tv.

Dengan memakai kaos oblong dan celana karet pendek aku menemani kak Rini menonton sambil duduk di karpet dan bersandar di sofa tepat di samping kak Rini.
Sambil menonton.. kami bercerita apa saja.. dan tak lama kemudian kak Rini berdiri dan berjalan ke kamar mandi ingin buang air.

Sewaktu melewatiku dasternya tampak transparan walaupun sekilas.. hingga aku sempat juga mencium aroma tubuhnya yang wangi.
Hal itu membuat aku memperbaiki letak penisku.. –waktu kak Rini sudah di kamar mandi..– karena aku malu kalau kak Rini tau aku sedang ‘horny’ karena celana pendek yang aku kenakan sedikit ketat.

Setelah keluar dari kamar mandi kak Rini pun ikutan duduk di karpet di sampingku.. malah dia tengkurap sambil membelakangiku dan memeluk bantal duduk.
Aku semakin bebas melihat buah pantatnya yang bagus.. sedikit pahanya yang mulus dengan betisnya yang indah yang ditaburi bulu-bulu halus yang rapi.
Sungguh pemandangan yang membuat aku makin konak.. sehingga aku tidak konsen lagi dengan acara tv ataupun obrolan kami.

Sambil ngobrol dan bercanda.. kak Rini sering mengejek atau meledek aku hingga aku tak sadar menepuk betisnya yang indah dan mulus.
Setelah menepuk.. aku tidak menarik kembali tanganku.. tapi kubiarkan terparkir di betisnya sambil sesekali mengusapnya.
Jantungku makin dag dig dug.. aku gelisah.. karena baru kali ini selama aku tinggal dengannya bisa berdekatan sambil mengelus betisnya.
Kejadian di atas kapal laut yang aku coba lupakan terkenang kembali.

Penisku makin tegang dan terciplak jelas di celana pendekku.. karena aku tidak memakai celana dalam lagi di dalamnya.. –aku memang jarang memakai celana dalam kalau di rumah..–
Untuk menutupinya.. aku meminta bantal duduk yang lain yang berada di depan kak Rini.
“Tolongin bantalnya dong kak..” Sambil menunjuk bantal di depannya..
“Ambil aja sendiri.. malas amat seh bergerak..” katanya mengejekku.

Tanpa meminta lagi.. aku langsung bergerak mengambilnya.. tetapi aku harus melewati tubuhnya dan mau tak mau aku menindih pantatnya yang indah.
“Yang ini aja deh..” kataku sambil merebut bantal yang ada di pelukannya.
Tapi karena dia mempertahankannya.. akupun tertarik ke arah tubuhnya.. sehingga sekarang aku menindihnya dari atas.. sedangkan dia masih tetap tengkurap.

Sambil mempertahankan bantalnya.. buah pantatnya yang sudah aku tindih juga turut bergoyang menambah ketegangan penisku.
Dengan posisi seperti ini akupun bebas menciumi rambutnya yang harum.. sambil tangan dan lengan kami bersentuhan.
Sungguh posisi yang paling mengasyikkan.. dan aku pun akhirnya tetap berada di atas tubuhnya..

“Iihh.. kakak pelit..!”
“Biarin..!” katanya sambil tetap menatap layar tv.
Pandanganku tertutupi oleh sebagian rambutnya yang sebahu.. aku pun makin berani menciumi rambutnya.. perlahan mulai memegangi tangannya.

Jantungku berdegup kencang.. aku tahu kak Rini mengetahuinya.. tapi ketakutanku dikalahkan oleh nafsuku dan tanganku mulai berani menyibak dan mengelus rambutnya..
“Kakak harum..” kataku tanpa disengaja karena sensasi yang ditimbulkan oleh suasana seperti ini..
“Biarin.. kamu aja yang bau.. wwek..!” Katanya mengejekku.

Setelah menyibak rambutnya.. kuberanikan mencium tengkuknya.. kak Rini tampak kaget walaupun sesaat.. tetapi dia tetap mengarahkan pandangannya ke layar tv walaupun aku tahu dia tidak konsen lagi dengan acara tv.

Melihat dia tidak protes aku semakin berani menciumi telinganya.. terus bolak balik ke lehernya..
“Kulit kakak muluss..” Kataku dengan gugup..
“Sshh.. biarin..” Jawabnya sedikit mendesah.

Mendapat respon demikian aku makin agresif.. kugoyang pinggulku agar penisku bisa lebih merasakan buah pantatnya sambil tanganku perlahan-lahan mulai menyusup ke arah ketiaknya.
Telapak tanganku pelan masuk melalui lubang ketiak dasternya.. mencoba mengusap pangkal payudaranya.
Sampai saat itu.. aku masih takut kalau kak Rini jadi marah karena ‘kenakalanku’.

Akan tetapi.. karena dorongan nafsu yang makin menjadi.. aku beranikan saja untuk menarik bawah dasternya sambil mengusap paha luarnya dengan tanganku yang satu.. sedangkan tangan yang lain tetap meraba-raba payudaranya.
Aku tak peduli lagi kalau dia marah.. karena sensasi yang tercipta benar-benar membuat penisku tak sabaran lagi.

Dengan dibantu kakiku.. aku coba merenggangkan pahanya.. setelah dasternya mulai sedikit demi sedikt tergeser ke atas pinggangnya.. sampai tampak celana dalam kak Rini yang berwarna putih.
Sepertinya ga ada respon negatif dari kak Rini.. dia diam saja.. malah cenderung penurut ketika aku menarik dasternya ke atas dengan mengangkat pantatnya sedikit.. sehingga penisku jadi makin menempel keras di buah pantatnya yang montok.

Sampai di sini aku masih mengelus-elus pahanya dengan lembut.. sementara tangan yang satu sudah kian berani menyelusupkan satu jari ke dalam mangkuk BH-nya sambil menekan lembut payudara kak Rini.
Aku juga mulai menciumi punggungnya yang sedikit terbuka di bagian atasnya.. terus ke bawah ke arah tali BH-nya.
Kugigit daster dan tali BH-nya bagian belakang lalu kutarik dan kulepas.. sehingga berbunyi clepak.. –bunyi tali BH mengenai kulitnya–.. dan kuulangi beberapakali.

“Hmm.. sakkitt..!” Rengeknya manja sambil menundukkan kepalanya ke bantal sambil menikmati permainanku..?
“Biarin..!” Balasku.. dan kami sama-sama tertawa.

Aku pun makin berani menarik celana dalam kak Rini ke bawah.. sambil aku mencoba mencium pipinya.
“Kamu nakaall..” Manjanya yang membuat aku makin bernafsu.

Aku tarik tanganku yang mengelus-elus payudaranya dan menarik wajahnya.. sehingga aku dapat mencium bibirnya.. walaupun hanya sebentar dan dengan agak susah.

Karenanya aku makin bernafsu dan ingin sekali menciumi bibirnya yang seksi.. aku bangun dan segera menarik celana dalam kak Rini sampai ke lutut.
Lalu aku membalikkan badannya dengan sedikit kasar.. sehingga sekarang posisi tubuh kak Rini terlentang di hadapanku dengan dasternya yang sudah terangkat sampai ke perut serta celana dalam sampai lutut.. yang memperlihatkan rimbunan bulu-bulu halus di selangkangannya.

“Kamu mau ngapain..!?” Katanya agak panik dan sedikit terkejut.
Tapi aku segera menindihnya dan memegang wajahnya.. lantas segera mencium bibirnya yang di atasnya ditumbuhi bulu-bulu halus seperti seperti kumis tipis.
Kak Rini merespon mencoba berontak dengan memalingkan wajahnya.. tetapi karena aku telah memegang mukanya.. akhirnya bibirnyapun berhasil aku lumat dengan sedikit menarik dagunya.. sehingga bibirnya terbuka.

Baca Juga :   Cerita Sex Janda Muda Menggoda Yang Haus Sex

Kak Rini pasif saja mulanya.. tapi setelah aku jilati bibirnya.. dia pun mulai membuka mulutnya dan mendesah..
“Ahh.. jangan Rick..!”
Tapi aku terus mencium.. menjilat sampai kak Rini pun berani membalas goyangan lidahku di dalam rongga mulutnya.
Lama kami bermain lidah.. saling menjilat disertai desahan nafas kami dan bunyi ‘plok’ saat bibir kami terlepas untuk menarik nafas.. kemudian melanjutkan saling kulum dengan ganasnya.

Perlahan tanganku meraih kedua tangannya dan menaruhnya di atas karpet di bagian atas kepala kak Rini sambil terus berciuman.
Aku kembali menciumi lehernya.. bahunya dan dadanya.
Kak Rini hanya mendesah tanpa berbicara.. “Akhh.. sshh..!!”
Dan aku makin melancarkan ciumanku.. kali ini ke ketiaknya yang putih.. –bulu-bulunya tidak selebat waktu di atas kapal laut–.. aku ciumin dan aku jilati..
“Akhh.. geli sayang..” Desahnya lalu menggigit bibirnya.. –itulah kata sayang yang pertama ditujukan padaku..– sambil kepalanya bergoyang kiri-kanan menikmati rangsangan yang aku berikan.

Aroma tubuhnya yang sensasional dan sensasi bulu-bulu ketiaknya membuat aku makin terangsang.. tanpa permisi aku segera meremas payudaranya..
Kak Rini memelototi aku.. katanya.. “Sshh.. pelan-pelan.. sakit..!”
Aku pun segera memintanya untuk melepaskan dasternya agar aku bisa membuka BH-nya.. tapi dia merengek manja..
“Nggak mauu..” katanya pura-pura cemberut.. tapi aku segera mencopot celana dalamnya dan segera kubenamkan wajahku di vaginanya yang penuh dengan bulu-bulu halus menggairahkan.

“Kamu mau ngapain..!?” Tanyanya bingung..
Ga kujawab.. aku terus saja mencoba menguak pahanya dengan kedua tanganku lalu mulai menjilati vaginanya yang ternyata sudah mulai basah oleh cairan vaginanya.
“Jangan ahh.. kan bau tuh.. sshh..” Protesnya sambil mendesah menahan nikmat.. tapi aku justru merasakan aroma vagina yang membuat perasaan tidak karuan.
“Asyik kok kak.. punyanya kakak harum.. ya..?” kataku memuji karena memang harum.

Aku jilati bibir vaginanya yang menonjol.. clitorisnya.. dan dengan bantuan jari menguak vaginanya.. kutusukkan lidahku ke dalam lobang vaginanya.. sehingga kak Rini mengerang tak karuan..
“Ohh.. uuhh..”
Tiba-tiba aku merasa vaginanya menegang dan pahanya dirapatkan menjepit kepalaku.. dan aku mencium aroma vaginanya yang makin tajam diiringi lidahku merasakan cairan bening dari dalam lubang vaginanya. Ternyata kak Rini sudah orgasme.

Dia lantas mendorong kepalaku hingga terangkat dari vaginanya.. tangannya langsung menutupi lepitan vaginanya.. lalu tangan satunya mengambil celana dalamnya yang tergeletak di sampingnya.. untuk kemudian ia gunakan menutupi liang vaginanya dengan celana dalamnya itu.. berbaring membelakangiku sambil mengatur nafasnya yang memburu.

Aku kecewa karena tidak sempat menjilati cairan vaginanya yang harum.. –aroma bunga..–
Aku coba mendekatinya lagi sambil melepaskan celanaku.

Ketika aku coba menyentuh vaginanya dari belakang dia berkata.. “Sudah dong Rick..!”
Aku coba mengerti.. mungkin kak Rini malu kalau cairan vaginanya aku jilati.
Juga mungkin perasaannya yang bersalah telah orgasme di hadapan adik sepupunya sendiri.

Aku hanya memeluknya dari belakang sambil menempelkan penisku yang sudah ngeras habis di belahan pantatnya.. lalu aku belai-belai rambutnya.. mencoba menghiburnya karena aku sendiri belum mencapai klimaks.
“Kamu jahat.. ngerangsang aku sampai aku orgasme..” Katanya sewaktu aku sudah mulai menggesek-gesekkan penisku di belahan pantatnya.
Aku hanya diam.. karena aku makin terangsang ingin segera memasukkan penisku ke vaginanya.

Ketika aku makin kencang menggesekkan penisku yang mulai basah oleh sisa cairan vaginanya sementara kak Rini tetap diam saja.. aku lantas memutar tubuhnya.. sehingga dia kembali terlentang.. segera kembali kurenggangkan pahanya..
Tetapi untuk kali ini kak Rini menolak sambil menarikku dan berkata sambil membelai-belai wajahku..
“Jangan sayang.. aku takut hamil selama Mas Tanto nggak ada di sini..” Katanya memohon pengertianku.

“Tapi kak.. aku dah nggak tahan lagi..” Protesku.
“Di dubur aja kak kalau nggak mau di vaginanya kakak..?” lanjutku.
“Sakit sayang.. lagian nanti berbekas..” katanya memohon.

“Kalau gitu kakak oral aja..!” kataku sambil menyodorkan penisku ke mukanya.
Dia tampak kaget melihat penisku yang agak besar walaupun panjangnya cuman sekitar 15cm.
“Oke.. tapi kalau udah mau keluar bilang ya.. aku belum pernah nelan spermanya Mas Tanto..” Katanya sambil duduk dan membuka daster dan BH-nya.

Aku terpesona melihat bentuk payudara yang indah.. –punya pacarku saja yang dulunya aku bilang bagus masih kalah sama punyanya kak Rini–.. sampai aku tidak tahan untuk tidak meremasnya..
“Tete kakak bagus..” Pujiku.
Kak Rini hanya tersentum manis..
“Kalau udah mau keluar.. gesekin aja di sini ya..!”
Katanya sambil menunjuk ke payudaranya.. lalu dia memegang penisku dan mulai mengulumnya..

“Ssruupphh..” Bunyi kulumannya di kepala penisku yang agak besar sambil melumurinya dengan air liurnya. “Punyamu besar dan agak panjang dari Mas Tanto..” ujarnya di sela-sela slomotan bibirnya di penisku.
Tak terlalu kuhiraukan lagi kata-katanya di sela hisapannya itu.. karena aku sendiri sudah merasa terbang ke langit ke tujuh.
Posisi kami awalnya sama-sama berlutut.. kak Rini mengulum penisku sambil tangannya meremas-remas buah pantatku dan sesekali menyentuh lubang anusku.. semuanya itu menambah rangsangannya.

Aku memperhatikan kulit kak Rini yang benar-bener mulus dari punggungnya sampai ke pinggangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus.. bentuk pantatnya yang indah dan payudaranya yang menggelitik pahaku sambil mulutnya mengulum penisku..
“Akhh.. kak.. duduk dong..” Kataku sambil berdiri karena rangsangan yang dia berikan semakin memacu gairahku.
Kak Rini lantas duduk sementara aku berdiri.. lalu dia kembali memasukkan penisku ke mulutnya.
Kali ini aku yang menggoyang pantatku ke depan ke belakang.. lidahnya menahan kepala penisku setiap pantatku kudorong ke depan sambil tangannya memeluk kedua pahaku.

Beberapa menit kemudian aku sudah mulai merasakan desakan air maniku yang mau keluar..
Aku pun menarik keluar penisku.. tapi karena hisapan yang kuat dari mulut kak Rini aku pun mendorongnya.. rupanya dia mengerti kalau aku sudah mau klimaks..

Kak Rini segera berbaring dan memegang penisku.. lalu diarahkan ke payudaranya lalu menjepit.. aku disuruhnya untuk menggesek-gesekkannya sambil meremas payudaranya.. sampai..
“Akhh.. kakkh.. aku mau keluar..!” Kataku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku.
Dan.. cret.. cret.. crett.. crett.. banyak sekali air maniku yang muncrat di dada dan leher kak Rini.. bahkan ada yang sampai mengenai mukanya.
“Akhh.. kakak nikmat bangett..!” Jeritku sambil tetap meremas payudaranya.

“Bersihin dong Rick.. sperma kamu banyak tuh..” Katanya sambil menyodorkan dasternya.
Aku pun mulai mengelap sisa-sisa spermaku di payudaranya.. leher dan mukanya.
Lalu aku ciumin bibirnya..
“Makasih Rick.. kamu puasin aku malam ini..” katanya perlahan.
“Kamu hebat.. pintar ngerangsang aku..” bisiknya lagi malu-malu.

“Dan mulai sekarang.. kamu nggak usah lagi tumpahin spermamu di celana dalam kakak yang udah kotor.. capek nyucinya tauk.. hehe..” godanya.
Jderr..!
“Jadi kakak tahu kalau aku sering tumpahin spermaku di celana dalamnya kakak..?” tanyaku malu..
“Iyalah. Tapi nggak papa kok.. kakak suka.. aku juga sering ciumin celana dalam kamu kok.. cuman kamu nggak tau kan..? Hehhe..”
Lalu katanya lagi.. “Sejak dari pertama kenal kakak sudah tertarik sama kamu, tapi kakak sembunyiin.. kamu aja yang agak berani.. terutama di atas kapal laut dulu..” katanya lagi.. mengejutkanku.

Jadinya malam itu kami lanjutkan bercerita tentang kejadian-kejadian yang kami alami selama ini yang sama-sama kami rahasiakan.. semuanya dibongkar dengan jelas.. dan sambil bercerita kami selingi dengan saling cium.. melumat bibir.. saling raba dan berpelukan.
Kami tertidur sambil berpelukan dengan telanjang di ruang itu setelah aku membuat kak Rini orgasme sekali lagi.. walaupun dengan jari-jari tanganku.. –itu permintaannya sendiri..– walaupun aku sebenarnya ingin merasakan vagina kak Rini.

Categories